"Kami masih memiliki kargo LNG yang belum terkontrak. Kalau ada delegasi sekalian yang berminat, kami tawarkan," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Djoko Susilo di depan delegasi Amerika Serikat dan Jepang dalam lokakarya optimalisasi LNG di Jakarta, Selasa.
Saat ini pemerintah tengah mencari pembeli LNG sebab kebutuhan dalam negeri tidak mampu menyerap produksi yang dihasilkan, sehingga berlebih.
Kelebihan pasokan di antaranya berasal dari LNG Tangguh dan LNG Bontang. Selama ini Indonesia mengekspor LNG ke lima negara yaitu Jepang, Amerika Serikat, China, Korea Selatan, dan Singapura.
Langkah terdekat, Pemerintah berencana menjual kelebihan LNG ke pasar bebas (spot). Rencananya, Djoko menyebutkan, sebanyak 10 kargo LNG akan dilepas ke pasar bebas hingga Juni mendatang. Sisa dari 10 kargo LNG tersebut merupakan kelebihan produksi 2018.
Tahun ini produksi LNG dari Bontang dan Tangguh mencapai 252 kargo. Dari jumlah total capaian produksi tersebut direncanakan 185 kargo akan diekspor sesuai dengan kontrak yang sudah tersepakati, namun sisanya akan dipergunakan untuk pemenuhan dalam negeri.
Indonesia, kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Djoko Siswanto, masih memiliki cadangan gas alam sebesar 135,55 trilion standard cubic feet (TSCF) di seluruh Nusantara.
"Potensi LNG di Indonesia masih banyak sehingga perlu kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengolah potensi tersebut, salah satunya mendatangkan investor," kata Djoko Siswanto.
Dari beberapa total cadangan gas tersebut, cadangan terbukti memiliki angka sebesar 99,06 TSCF, dan cadangan potensi sebesar 21,26 TSCF dan cadangan harapan sebanyak 18,23 TSCF.
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019