Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur BI Aslim Tadjuddin menganggap nilai tukar rupiah, yang berada pada Rp9.075 per dolar AS sebelum liburan Lebaran kemarin, berada dalam situasi yang acceptable. "Menurut hemat saya, Rp9.000 an cukup acceptable untuk dunia usaha kita, baik eksportir maupun importir," kata Aslim di Jakarta, akhir pekan lalu. Bahkan, dia menambahkan, tren penguatan rupiah saat ini akan berdampak positif menjaga laju inflasi. "Yang tidak kita inginkan adalah penguatan kurs yang terlalu tajam dan bersifat mendadak. Tapi kalau penguatan itu disebabkan oleh mekanisme pasar, itu bagus," katanya. Dia memperkirakan, nilai tukar Rp9.000 an itu akan stabil bertahan hingga akhir tahun. Sedangkan atas pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2007, Aslim menyebutkan, perkiraan Menkeu Sri Mulyani bahwa pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6,2-6,4 persen sebagai perkiraan yang logis dan bisa dicapai dengan mempertimbangkan dukungan faktor internal dan eksternal. "Kredit perbankan kita sudah mulai meningkat sehingga untuk 2007, pertumbuhan kredit akan mencapai 22 persen," katanya. Selain itu, katanya, survei BI akan tingkat konsumsi dan kepercayaan konsumen juga membaik, di samping perkiraan lebih rendahnya inflasi Oktober dibanding bulan sebelumnya. "Ekspor kita juga menunjukkan peningkatan. Neraca pembayaran, yaitu di current account terlihat surplus yang menggembirakan, dan di capital account, pemasukkan modal jangka panjang dalam rangka investasi langsung akan mulai terlihat," jelasnya. Sementara di sisi eksternal, jelasnya, perkiraan pasar akan penurunan kembali suku bunga The Fed, Fund Rate, sebesar 25 basis poin juga akan memberi ruang pada BI untuk menurunkan suku bunga. "Harga minyak yang diperkirakan bisa mencapai 100 dolar AS per barel tidak akan berdampak terlalu buruk karena harga yang telah disesuaikan dengan level internasional," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007