Moskow (ANTARA News) - Presiden Rusia Vladimir Putin akan menunjukkan niatnya untuk berdialog dengan Iran pada saat dia berkunjung ke Teheran Selasa, di tengah gencarnya seruan dari Barat agar memperkuat tekanan terhadap Iran untuk mengendalikan dugaan rencana-rencana pengembangan bom nuklir. Putin, pemimpin Kremlin pertama yang akan berkunjung ke Iran sejak diktator Soviet Josef Stalin ke sana 1943, akan secara resmi mengadakan pertemuan tingkat tinggi (KTT) negara-negara Laut Kaspia di Teheran. Namun pertemuannya dengan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad akan memberikan kesempatan kepada pemimpin Kremlin untuk mengupayakan kompromi secara damai atas sengketa program nuklir Teheran, sekaligus mendemonstrasikan kenetralaannya dari Washington mengenai masalah-masalah Timur Tengah. "Putin pergi ke Iran untuk menunjukkan pentingnya kesinambungan diplomasi," kata wakil jurubicara Kremlin Dmitry Peskov. Putin akan mengatakan kepada Ahmadinejad bahwa Rusia bisa menerima hak Iran untuk menggunakan energi nuklir, namun menginginkan agar Iran bersikap terbuka terhadap program nuklirnya kepada para pengawas nuklir internasional bahwa hal itu digunakan untuk keperluan damai, kata Peskov. Pihak Barat menuduh Iran ingin mengembangkan senjata atom di balik tabir program nuklir untuk kepentingan sipilnya. Iran mengatakan bahwa program nuklirnya memang dimaksudkan untuk membangkitkan tenaga listrik, agar pihaknya bisa lebih banyak mengekspor hasil minyak dan gasnya. Rusia, anggota Dewan Keamanan PBB yang berhak veto, mendukung dua paket sanksi ringan terhadap Iran untuk mendorong negara tersebut bersedia bekerjasama dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Namun Moskow, yang diperingatkan oleh rumor-rumor bahwa Amerika Serikat akan melancarkan serangan militer terhadap Iran, mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menarik sanksi-sanksinya jika IAEA mengatakan Iran tidak bekerjasama atau membuktikan bahwa dia memang mempunyai program pembuatan senjata atom. "Kami tidak mempunyai data yang pasti untuk mengklaim bahwa Iran memang bermaksud membuat senjata nuklir, yang kami yakini negara tersebut tidak mempunyai rencana demikian. Tapi kami sepakat bahwa program nuklir Iran harus transparan," kata Putin setelah bertemu dengan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy pekan ini. Kritik-kritik mengatakan Moskow mempunyai alasan lain untuk berburu masalah Iran. Hal ini diduga termasuk kontrak besar untuk membangun pembangkit tenaga nuklir di Bushehr di Iran, disamping kesepakatan-kesepakatan di bidang militer yang menguntungkan. Uni Eropa diperkirakan akan meningkatkan tekanannya terhadap Iran pekan depan, yang memperingatkan Teheran bahwa dia akan menghadapi sanksi keras jika tidak menghentikan pengayaan uraniumnya, yang dianggap sebagai kegiatan yang mencurigakan oleh Barat, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007