"Dana riset dari luar sana bisa kita ambil tapi kita harus bisa berkompetisi di dunia internasional," kata Irene usai diskusi Millenial Talks: Inspiring Science Generation di Pusat Data dan Dokumentasi Ilmiah (PDDI) LIPI, Jakarta, Senin.
Menarik lebih banyak dana dari luar dapat menjadi salah satu solusi untuk menutupi kekurangan dana penelitian agar tetap dapat mengembangkan dan melakukan riset dengan baik.
Irene menuturkan di negara maju, dana penelitian lebih banyak disokong oleh pihak industri daripada pemerintah.
Pada akhirnya, hasil penelitian harus bermanfaat bagi para pemangku kepentingan seperti pemerintah, masyarakat dan industri.
"Kalau di negara maju, proporsi yang mengeluarkan anggaran untuk riset itu industri, kalau pemerintah paling 20 persen, kalau di Indonesia terbalik kasusnya malah pemerintah masih lebih banyak memberikan dana riset," ujarnya.
Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Intan Suci Nurhati menuturkan dana bukan satu-satunya tantangan dalam mengembangkan lembaga riset, namun juga infrastruktur pendukung.
Dia mengaku ketika bekerja di Singapura dan mendatangkan alat penelitian ke negara itu lebih murah ketimbang ke Indonesia, karena saat dikirim ke Indonesia harganya menjadi tiga kali lipat.
Sebagai salah satu solusi untuk menangani dana dan infrastruktur penelitian yang belum memadai adalah dengan melakukan kolaborasi dan konsorsium sehingga sumber daya yang ada di berbagai pihak dapat disinergikan untuk menjawab suatu tantangan atau masalah.
"Solusinya harus dalam kerja sama," tuturnya.
Peneliti dari Pusat Penelitian Informatika Rifki Sadikin mengatakan infrastruktur di LIPI sendiri sudah mulai bersifat dipakai bersama sehingga peneliti atau dosen yang tidak punya infrastruktur bisa memanfaatkan peralatan yang ada di LIPI.
"Usaha LIPI adalah untuk mengoptimalisasi peralatan yang dimiliki," tuturnya.*
Baca juga: Siswa SMP ciptakan lengan buatan untuk kebutuhan kaum difabel
Baca juga: LIPI tingkatkan kesadaran generasi milenial terhadap pentingnya Iptek
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019