Jakarta (ANTARA News) - Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu, menjadi salah satu tempat rekreasi yang dibanjiri warga di hari kedua Lebaran, dan sebagian besar pengunjung membawa anak-anak ke berbagai arena rekreasi.
Arena kereta gantung yang terletak tidak jauh dari pintu masuk merupakan tempat favorit yang diminati oleh pengunjung TMII.
Hingga pukul 12.00 WIB, menurut salah satu petugas, tiket kereta gantung seharga Rp25.000 sudah terjual sebanyak 400 lembar lebih.
Namun, pengunjung yang harus menghabiskan waktu mengantri hampir satu jam untuk menikmati pemandangan TMII dari atas tetap saja membludak dan tertib menanti giliran.
Toha, warga Bekasi, yang mengaku hampir setiap tahun mengajak kedua cucunya berekreasi ke TMII pada hari kedua Lebaran, mengatakan, berlebaran di TMII sudah menjadi "ritual" yang tidak bisa dilewatkan.
"Habisnya mau gimana? Setiap tahun cucu-cucu saya pasti meminta ke sini," ujarnya.
Kunjungan rutinnya itu membuat Toha hafal harga tiket masuk dan karcis berbagai arena rekreasi.
"Tahun kemarin kereta gantung masih Rp20.000, sekarang Rp25.000. Tahun ini juga lebih ramai dari tahun lalu, mungkin karena hari kedua Lebaran ini kebetulan hari Minggu," tutur Toha yang harus merogoh kocek sekitar Rp200.000 untuk kunjungan bersama satu anak dan dua cucunya itu ke TMII.
Ramainya warga yang berkunjung ke TMII membuat kemacetan terjadi sejak di pintu gerbang utama TMII.
Namun, pihak TMII telah mengantisipasinya dengan menempatkan petugas tambahan dan perbantuan dari Pramuka.
Hingga pukul 12.00 WIB, pihak TMII belum bisa menghitung jumlah pengunjung.
Salah satu staf Humas, Hafiz, mengatakan, gangguan teknis yang terjadi sejak pagi membuat mereka belum bisa menghitung jumlah warga yang membanjiri TMII.
Ia hanya memperkirakan, jumlah pengunjung memang lebih ramai dibanding tahun lalu.
"Kalau kemarin, hari pertama Lebaran, pengunjungnya hanya 255 orang," ujar Hafiz.
Selain menikmati berbagai arena rekreasi, pengunjung TMII juga banyak yang menikmati udara terbuka dengan menikmati makanan di bawah pohon rindang. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007