Ankara (ANTARA News) - Dua pejabat penting pemerintah Amerika Srrkat (AS) tiba di Turki pada Sabtu (13/10) untuk berusaha mendinginkan pertikaian diplomatik akibat satu keputusan Kongres yang mencap pembunuhan massal warga Armenia oleh Kerajaan Turki Ottoman satu pembantaian. "Kami kira adalah satu gagasan yang sangat baik bagi dua pejabat senior untuk pergi ke sana," kata Menlu AS, Condoleezza Rice, yang bersama dengan Presiden AS, George W.Bush, menentang resolusi Komite Urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu . Ia menimpali, "Kami tentu berusaha untuk memperkecil setiap langkah konkrit pemrintah yang mungkin dilakukan (seperti) membatasi gerakan pasukan kami," kata Rice di Moskow. "Saya mengharapkan kami dapat mencegah itu." Para pejabat itu, yakni Wakil Menteri Pertahanan untuk Kebijakan Eric Edelman, mantan dubes AS untuk Ankara dan Asisten Menlu untuk Urusan Eropa, Fried, menurut rencana akan berunding dengan wakil menlu Turki, Ertugrul Apakan, Sabtu malam, kata seorang pejabat Turki. Edelman mengemukakan kepada wartawan ketika ia tiba di bandara Ankara bahwa kunjungannya adalah untuk menyampaikan penyesalan menyangkut resolusi yang telah disetujui itu. Kedua pejabat penting itu ikut Rice di Moskow dan kepergian mereka ke Turki tidak direncanakan. "Edelman mengetahui dengan baik tentnag Turki, ia adalah seorang sahabat, kata seorang pejabat Turki yang tidak bersedia disebutkan namanya dan menambahkan: "Mereka ingin datang ke Ankara." Kendatipun Turki marah atas keputusan Rabu oleh komite Kongres itu tetap perasaan itu terlihat dengan Menteri Negara Kursad Turmen, seorang anggota pemerintah Turki yang berpengaruh yang menangani perdagangan luar negeri, membatalkan kunjungan ke pertemuan bisnis AS-Turki di New York. Turmen adalah pejabat kedua Turki membatalkan kunjungan ke AS setelah Komandan Angkatan Laut Turki Laksamana Meti Atac membatalkan kunjungan sehubungan dengan keputusan menyangkut pembunuhan terhadap warga Armenia itu. Turki memperingatkan Washingtonm bahwa meloloskan sebuah resolusi seperti itu dapat sangat merusak hubungan bilateral dan setelah keputusan itu Antara memanggil pulang dubesnya untuk AS. Menurut para warga Armenia, paling tidak 1,5 juta warga Armenia dibunuh tahun 1815 sampai 1917 dibawah satu kampanye Kerajaan Ottoman bagi deportasi dan pembunuhan. Ankara mengakui bahwa 150.000 sampai 500.000 warga Armenia dan paling tidak banyak warga Turki tewas dalam konflik itu setelah para warga Armeneia mengangkat senjata bagi kemerdekaan tetapi membantah keras melakukan pembantaian. Reaksi keras Turki terhadap keputusan Kongres itu menambah kekuatiran di pemerintah Bush bahwa negara itu bisa kehilangan akses ke satu pangkalan penting militer di Turki yang sekutu NATO itu. Rice di Moskow mengatakan bahwa Gedung Putih sednag berusaha untuk membatasi kerusakan hubungan AS-Turki dan akan berusaha untuk mencegah keputusan itu dibicarakan di DPR kendatipun ia mengatakan ini "berat." Ia menambahkan bahwa dia telah berbicara dengan PM Turki Recep Tayyip Erdogan dan Menlu Ali Babacan, Jumat setelah keputusan itu.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007