"Konsep Pekan Kebudayan Nasional tidak jauh beda dengan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang dimulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi ," ujar Hilma dalam keterangan pada pers di Jakarta, Sabtu.
Hilmar mengatakan alasan tercetusnya kegiatan dikarenakan dengan melihat kondisi saat ini banyaknya festival kebudayaan, namun masih dirasa kurang solid. Sehingga adanya Pekan Kebudayaan Nasional nanti diharapkan bisa mempersatukan acara-acara kebudayaan yang sudah ada.
"Harapan kami dengan kegiatan tersebut dapat berjenjang dari desa hingga pusat yang terdiri atas kompetisi daerah, kompetisi nasional, konferensi pemajuan kebudayaan, ekshibisi, dan pergelaran karya budaya yang bertujuan membuka ruang interaksi budaya dalam rangka pelestarian budaya Indonesia,” tegas Hilmar Farid.
Kegiatan tersebut sebagai menjadi wujud implementasi dari salah satu agenda strategi pemajuan kebudayaan dalam Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI). Kegiatan tersebut menyediakan ruang bagi keragaman ekspresi budaya dan mendorong interaksi budaya untuk memperkuat kebudayaan yang inklusif.
Pekan kebudayaan dimulai dari Tulungagung, Jawa Timur, yang telah menyelenggarakan pekan kebudayaan pada akhir Februari lalu. Ratusan pemuda dan warga yang tergabung dalam aliansi masyarakat sipil dan relawan begitu antusias menggelar kegiatan “Kemah Kebangsaan” di situ.
Selain itu juga diselenggarakan diskusi bertema wawasan kebangsaan dengan judul "Membangun Nasionalisme dan Patriotisme yang Inklusif dan Toleran".
“Kegiatan ini sebagai bukti bahwa masyarakat kita begitu antusias terhadapa kebudayaan Indonesia," kata Hilmar.
Dalam kegiatan tersebut membahas isu kebangsaan dan merumuskan strategi kebudayaan nasional. Di sisi lain ada pula festival permainan tradisional anak serta penanaman pohon di Desa Junjung, Boyolangu.
Kegiatan tersebut akan diselenggarakan di berbagai daerah, dari tingkat desa hingga tinggat nasional seperti dalam waktu dekat ini akan diadakan di Kabupaten Tasik, Jawa Barat, Serdang Bedagai, Sumatera Utara serta Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019