Bangkok (ANTARA News) - Pihak berwenang Myanmar menahan seorang pemimpin penting pro demokrasi bersama dengan tiga pembangkang politik lainnya di Yangon, kata Amnesti Internasional, Sabtu.
Htay Kywe, yang bersembunyi tidak lama setelah protes-protes anti pemerintah dimulai di Yangon pertengahan Agustus, ditahan bersama dengan tiga aktivis lainnya, kata kelompok hak asasi Manusia (HAM) itu.
Ia ditahan bersama dengan Mi Mi, seorang ibu dua anak, 35 tahun dan Aung Thu, pria berusia 43 tahun serta seorang lainnya yang tidak diketahui identitasnya, kata kelompok HAM itu.
"Kami yakin mereka ditahan di lokasi yang sama di Yangon," kata Amnesti Internasional dalam sebuah pernyataan.
"Kami sangat cemas atas kondisi ornag-orang ini, dan kami kuatir mereka disiksa dan mendapat perlakuan buruk," kata kelompok itu.
Htay Kywe dan Mi Mi memimpin protes-protes terhadap rejim militer pertengahan Agustus, memanfaatkan kemarahan publik akan kenaikan harga bahan bakar minyak yang menyebabkan banyak orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup bahkan untuk membayar ongkos bus untuk bekerja.
Mereka bersembunyi setelah 13 orang pemimpin pro demokrasi ditahan 21 Agustus.
Mereka semuanya adalah anggota satu kelompok Generasi Mahasiswa 88 yang terdiri atas mantan pemimpin mahasiswa yang mempelopori pemberontakan tahun 1988 terhadap militer.
Penahanan yang terus dilakukan Burma membuat Dewan Keamanan PBB berang, kata Amnesti Internasional.
Myanmar, yang juga dikenal bernama Burma , menindak tegas protes-protes akhir September setelah para biksu Buddha bergabung dengan gerakan itu, yang memberikan dukungan bagi aksi itu dan mengundang sampai 100.000 orang turun ke jalan-jalan.
Paling tidak 13 orang tewas dalam tindakan keras itu, yang memicu kecaman internasional.
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sebuah pernyataan , Kamis yang mengecam aksi kekerasan itu dan menyerukan pembebasan para tahanan politik. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007