Yogyakarta (ANTARA News) - Ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya, Sabtu, memadati kawasan Alun-alun Utara untuk mengikuti upacara tradisi Grebeg Syawal yang diselenggarakan Keraton Yogyakarta bertepatan dengan 1 Syawal 1940 dalam tahun Jawa atau 1 Syawal 1428 Hijriyah dalam kalender Islam. Upacara tradisi `Grebeg Syawal` ini diawali dengan keluarnya satu buah `Gunungan Lanang` yang terbuat dari sayur-sayuran dan hasil bumi lainnya yang diusung oleh sepuluh orang `bregada` (prajurit) Keraton Yogyakarta dan dipimpin seorang Manggala Yudha (pimpinan pasukan). `Gunungan Lanang` tersebut diusung keluar dari `Regol` (pintu gerbang) Keraton Yogyakarta kemudian dibawa menuju Masjid Gede keraton sambil berdoa kepada Allah SWT agar masyarakat senantiasa diberikan kesejahteraan dan keselamatan. Selesai doa `Gunungan Lanang` dibawa keluar Masjid Gede untuk dibagikan dan diperebutkan masyarakat. Ada satu kepercayaan pada masyarakat Yogyakarta, bahwa siapa yang berhasil memperoleh salah satu bagian dari gunungan tersebut akan mendapatkan berkah seperti kemudahan dalam memperoleh rezeki. Karena itu tidak sedikit warga yang rela berdesak-desakan di bawah terik matahari untuk ikut berebut gunungan. Bahkan sejumlah warga dari Yogyakarta maupun Sleman, Gununngkidul, Kulonprogo dan Bantul juga rela datang sejak pagi hari untuk bisa mendapatkan tempat strategis agar mudah merebut gunungan. "Saya sudah datang ke sini sejak 07.00 WIB agar bisa lebih dekat masjid dan lebih mudah ikut berebut gunungan. Saya senang meskipun hanya mendapat ubi," kata Partono (42) warga Gunungkidul. Hal sama juga disampaikan Sigit (32) warga Pakem, Sleman yang mengaku datang ke Alun-alun Utara sejak 07.30 WIB untuk ikut rebutan gunungan. "Ini merupakan pengalaman pertama saya ikut rebutan gunungan, dulu saya tidak pernah tertarik acara `grebeg` ini karena malas harus desak-desakan," katanya. Namun karena penasaran dengan berbagai cerita seputar `grebeg` yang konon dapat memberikan berkah dan rezeki bagi yang mendapatkan sesuatu dari gunungan tersebut, Sigit akhirnya memutuskan untuk ikut berebut. "Selain itu orangtua saya juga sering cerita bahwa jika mendapatkan sesuatu dari gunungan dapat memberikan ketenteraman dan beberapa kali mendesak saya untuk ikut berebut gunungan," katanya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007