Yogyakarta (ANTARA) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan Gunung Merapi yang terletak di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini kembali meluncurkan awan panas guguran pada Sabtu malam (2/3).
BPPTKG melalui akun twitternya menyebutkan luncuran awan panas itu terjadi pada pukul 20:45 WIB dengan jarak luncur 1.350 meter yang mengarah ke Kali Gendol.
Sebelumnya, pada 2 Maret 2019, sejak pukul 00:00-18:00 WIB, BPPTKG mencatat 9 kali awan panas guguran keluar dari Gunung Merapi pada pukul 4:51 WIB, 4:54 WIB, 5:03 WIB, 5:07 WIB, 5:10 WIB, 5:33 WIB, 5:40 WIB, 6:05 WIB, dan 13:25 WIB. Jarak luncur maksimum 2000 meter ke arah Kali Gendol.
Berdasarkan pengamatan BPPTKG dari Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang pada Sabtu malam, dilaporkan bahwa visual gunung teraktif di Indonesia tertutup kabut.
Angin di gunung tersebut bertiup tenang dengan suhu udara mencapai 23,2 derajat Celcius dengan kelembapan udara 83 persen RH dan tekanan udara hingga 916,0 hpa.
Berdasarkan analisis morfologi kubah lava Gunung Merapi yang terakhir dirilis BPPTKG, volume kubah lava gunung api itu mencapai 461.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan 1.300 meter kubik per hari.
Kubah lava masih stabil dengan laju pertumbuhan masih rendah, rata-rata kurang dari 20.000 meter kubik per hari.
Hingga saat ini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada, dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Sehubungan dengan kejadian guguran awan panas guguran dengan jarak luncurnya semakin jauh, BPPTKG mengimbau warga yang tinggal di kawasan alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan.
Warga di kawasan itu juga diminta mewaspadai bahaya lahar hujan, terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi.
Baca juga: Hujan abu tipis tak ganggu aktivitas warga di Klaten
Baca juga: Hujan abu tipis meliputi lereng Merapi di Sleman
Baca juga: Merapi tujuh kali luncurkan awan panas
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019