Kuala Lumpur,(Antara) - Sebanyak 35 orang, yang diyakini Muslim Rohingya dan ditinggalkan di laut, ditemukan selamat di satu pantai Malaysia pada Jumat (1/3), kata para pejabat.
Mereka dikhawatirkan pihak berwenang merupakan bagian dari gelombang baru orang-orang yang diselundupkan melalui jalur laut.
Dalam beberapa bulan belakangan, sejumlah orang dari suku Rohingya di Myanmar dan Bangladesh telah menumpang perahu-perahu berusaha mencapai Malaysia, menimbulkan kecemasan akan gelombang baru pelayaran melalui laut yang berbahaya setelah tindakan keras tahun 2015 atas para penyelundup orang.
Sembilan anak-anak termasuk di antara 35 migran yang ditemukan terdampar di satu pantai di Perlis, negara bagian di utara Malaysia pada Jumat, kata kepolisian Malaysia. Kelompok itu telah diturunkan dari satu kapal nelayan di lepas pantai pada jam-jam awal Jumat pagi, kata Kepala Kepolisian Perlis Noor Mushar Mohamad.
"Mereka diterlantarkan di tengah laut sehingga mereka dapat mencapai pantai ketika air laut surut," kata dia, seperti diberitakan Reuters.
Semuan orang yang diselamatkan itu ditemukan dalam keadaan sehat dan diserahkan ke pihak imigrasi, ujarnya.
Kelompok orang tersebut akan ditahan di markas urusan dalam negeri negara bagian itu untuk penyelidikan lebih lanjut, kata Direktur Jenderal Departemen Imigrasi Malaysia Khairul Dzaimee Daud kepada Reuters.
Lebih 700.000 orang kebanyakan dari suku Rohingya melintas ke Bangladesh pada tahun 2017 menyelamatkan diri dari tindakan tentara di Rakhine, negara bagian Myanmar, menurut lembaga-lembaga PBB.
Myanmar memandang Rohingya sebagai migran ilegal dari anak benua India dan telah mengurung puluhan ribu orang yang tersebar di sejumlah kamp di Rakhine sejak kekerasan melanda kawasan itu tahun 2012.
Para pejabat tidak dapat mengatakan apakah para migran yang ditemukan pada Jumat telah datang dari Myanmar atau Bangladesh.
Penyunting: M. Anthoni/Maria D. Andriana
Related News: Stranded Rohingya immigrants moved to Gepeng Langsa orphanage
Pewarta: Antara
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019