Sydney (ANTARA News) - Asia tenggara telah membuat kemajuan sangat besar dalam "perang melawan teror" sejak pemboman Bali 2002, kata Menteri Luar Negeri Australia, Alexander Downer, saat peringatan lima tahun pemboman tersebut. Downer, di hadapan para korban selamat dan para keluarga korban tewas saat upacara peringatan di Sydney, memuji Indonesia yang telah melakukan penumpasan terhadap serangan teror terburuk di kawasan Asia Tenggara itu. Ledakan pada 2002 tersebut, menurut dia, dilakukan oleh jaringan Jemaah Islamiyah yang punya kaitan dengan Al-Qaeda. Ledakan itu menghancurkan kelab malam yang ramai di Bali dan menyebabkan 202 tewas termasuk 88 warga Australia yang sedang berlibur. Downer mengatakan Indonesia telah berhasil mengatasi Jemaah Islamiyah setelah pemboman itu, dan dia memuji negara Asia lainnya yang juga telah meningkatkan keamanan di kawasan tersebut. Sebagai gerakan kekerasan ekstremis di Indonesia, Jemaah Islamiyah "sudah sangat berkurang" kata Downer kepada Australian Broadcasting Corporation. Ditanya apakah dia yakin perjuangan melawan apa yang disebut "perang melawan teror" berjalan lancar di Asia Tenggara, dia mengatakan "ya, memang." "Sudah tercapai kemajuan besar di Asia Tenggara," ujarnya. Upacara di pantai di pinggiran kota di timur Sydney -- yang merupakan tempat asal 20 korban bom Bali --antara lain berisi penghormatan dari para keluarga dan diakhiri dengan lima menit mengheningkan cipta. Banyak orang meletakkan bunga di tugu peringatan yang menghadap ke pantai, untuk menghormati mereka yang meninggal dalam serangan itu. Candice Buchan, yang orangtuanya tewas dalam ledakan itu, mengatakan waktu tidak akan memulihkan penderitaannya. "Saya merasakan kehampaan karena tidak bisa berbahagia dan sukses bersama orangtua saya, mereka adalah segala sesuatunya untuk saya," katanya. Patrick Byrne, korban selamat dari ledakan itu, mengatakan bahwa pengurangan hukuman terhadap beberapa pelaku pemboman itu adalah "kemunafikan yang menjadi huru-hara." "Saya, seperti hampir semua orang Australia, kecewa dengan ketidakadilan yang terus-menerus ini," katanya, seperti dikutip AFP. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007