Beograd (ANTARA News) - Serbia menawarkan hadiah sejuta euro (sekitar Rp13 miliar) untuk informasi yang bisa membuat tertangkapnya Mladic, penjahat perang yang paling dicari, ungkap seorang pejabat setempat, Jumat. Hadiah sejuta euro itu dibuat pada Kamis oleh Dewan Keamanan Nasional Serbia, kata kepala komite Serbia untuk penjahat perang, Rasim Ljajic. Hadiah tertinggi itu disediakan untuk penangkapan tokoh Serbia Bosnia, Jenderal Ratko Mladic, yang dicari pengadilan kejahatan perang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akibat kekejamannya, seperti pembantaian massal pada 1995 yang menewaskan delapan ribu Muslim Srebrenica. Hadiah sebesar 250 ribu euro ajuga kan diberikan kepada mereka yang membantu penangkapan dua tersangka lainnya, Stojan Zupljanin dan mantan pemimpin Serbia Kroasia, Goran Hadzic, kata Ljajic. Serbia secara formal tidak menawarkan uang hadiah untuk pemimpin politik Serbia Bosnia di masa perang, Radovan Karadzic, yang juga buronan terakhir pengadilan PBB. Menurut Ljajic, hal itu disebabkan karena Karadzic bukan warga negara Serbia. Tetapi, jika ada orang yang bisa memberi informasi sehingga Karadzic tertangkap, maka hadiahnya juga sejuta euro, kata Ljajic. Serbia sudah bertahun-tahun didesak untuk menahan dan mengekstradisi para warganya yang tersangka penjahat perangn ke pengadilan PBB di Den Haag. Meskipun mereka telah menyerahkan mantan pemimpin Serbia, Slobodan Milosevic, yang tewas saat menjalani persidangan genosida pada 2006, kaburnya Mladic telah menyebabkan ancaman isolasi internasional terhadap Beograd hingga kini, di tambah lagi, Pengadilan Internasional Penjahat Perang di bekas Yugoslavia (ICTY) akan memberikan laporan mengenai Serbia dalam pekan mendatang. Uang hadiah yang disediakan Serbia itu tampaknya bertujuan untuk mendukung pernyataan para pejabat Beograd yang mengatakan mereka menempuh semua usaha agar buronan itu tertangkap. AS pada dasawarsa 90-an menyediakan hadiah total sebesar lima juta dolar untuk pemberi informasi yang dapat membuat para tersangka utama penjahat perang itu tertangkap. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007