Pekanbaru (ANTARA News) - Tim gabungan yang dikerahkan untuk memadamkan kebakaran lahan gambut di dua lokasi di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, terkendala untuk mendapatkan sumber air.
"Sumber air sulit, kita baru pasang selang 20-30 meter, api sudah meluas 100 meter," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Meranti, Edy Afrizal, ketika dihubungi Antara dari Pekanbaru, Jumat.
Ia mengatakan lokasi kebakaran lahan pertama di Desa Bungur, Kecamatan Rangsang Timur, sangat sulit diakses karena air sungai mengering. Lokasi tersebut juga sulit dijangkau karena tidak ada akses jalan.
Untuk menuju lokasi kebakaran, petugas pemadam gabungan harus menggunakan perahu cepat dan menyambung lagi menggunakan sampan melalui sungai kecil.
"Karena air sungai sedang surut, jadi harus pakai sampan kecil melewati pohon-pohon bakau, sehingga makin sulit sampai ke lokasi kebakaran," katanya.
Kebakaran lahan gambut di lokasi itu menghanguskan semak dan pohon sagu milik warga.
Selain sulit air, tim gabungan juga dibuat repot karena kencangnya hembusan angin di daerah pesisir Riau itu.
Pada lokasi kebakaran kedua di daerah Kampung Balak, Desa Tanjung Peranap, Kecamatan Tebing Tinggi, kencangnya angin membuat api cepat membakar semak belukar dan merambat ke kebun sagu warga.
Kebakaran di kebun sagu sulit untuk dipadamkan karena api berada di permukaan lahan gambut dan juga membakar pohon.
"Ini yang susah untuk memadamkan kebakaran di kebun sagu karena api ada di atas dan bawah," katanya.
Ia mengatakan kini ada sekitar 70 petugas gabungan dari BPBD, TNI, Polri, perangkat kecamatan, masyarakat dan perusahaan EMP Malacca Strait yang mencoba memadamkan kebakaran lahan gambut di Kampung Balak.
Sedangkan, di Desa Bungur ada 90 orang personel gabungan dari BPBD, Polri, TNI, masyarakat dan perusahaan PT Sumatera Riang Lestari (SRL).
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mendeteksi lonjakan titik panas yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan di wilayah pesisir Riau, tepatnya Kabupaten Kepulauan Meranti.
Berdasaran pencitraan Satelit Terra dan Aqua, Jumat, sebanyak 39 titik panas di Riau dan 33 di antaranya terdeteksi di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Selain 33 titik di Meranti, tiga titik panas juga terdeteksi di Bengkalis, serta masing-masing satu titik di Indragiri Hilir, Rokan Hilir hingga Pelalawan.
Dari seluruh titik panas tersebut, BMKG menyatakan 35 titik dipastikan sebagai titik api, atau indikasi kuat Karhutla dengan tingkat kepercayaan antara 70 hingga 100 persen.
Secara umum, kondisi Karhutla di wilayah pesisir Riau berangsur membaik. Kualitas udara yang sempat memburuk hingga kondisi berbahaya sepanjang Februari lalu di Rupat dan Dumai berangsur pulih.
Tim gabungan hingga kini masih terus berjibaku melakukan upaya pemadaman di wilayah kebakaran.*
Baca juga: Kebakaran meranti menyebar cepat lalap kebun sagu warga
Baca juga: Pemadaman karhutla Riau terus dilakukan
Pewarta: Febrianto Budi Anggoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019