Selain sebagai pohon peneduh, petani di Jawa sudah memanfaatkan lahan kosong atau tidak produktif dengan menanam pohon sengon untuk menghasilkan pemasukan yang lebih besar, dengan metode penanaman terbaik yang sudah diteliti oleh akademisi.
Jakart (ANTARA News) - PT Sekawan Sumber Sejahtera selaku produsen kayu lapis yang berdomisili di Temanggung, Jawa Tengah menerapkan pola kerja sama dengan masyarakat sekitar untuk memasok bahan baku ke perusahaan.
“Kami mempunyai kegiatan dalam rangka mendorong petani dengan menjadikan pohon sengon sebagai sumber pendapatan yang menguntungkan, dengan penyerahan bibit sengon,” kata Direktur Operasional PT Sekawan Sumber Sejahtera Budi Handoko di Jakarta, Jumat.
Program bantuan bibit untuk petani ini bekerja sama dengan perangkat desa di Kabupaten Temanggung merupakan corporate sustainability program PT Sekawan Sumber Sejahtera yang berlangsung setiap tahun, ujarnya.
Melalui cara ini diharapkan kebutuhan pasokan kayu sengon akan mudah didapatkan dengan sebaran petani yang membudidayakannya di wilayah yang terjangkau ke lokasi pabrik.
Struktur dan sarana transportasi yang ada di pedesaan di Jawa juga sudah mendukung mobilitas bahan baku yang satu ini.
Budi lebih jauh menjelaskan kayu sengon itu memiliki sifat mudah dibentuk dan mempunyai ketahanan yang baik. Produksi kayu lapis dari kayu sengon ini memberikan nilai tambah secara ekonomis dan sudah diterima oleh pasar dunia
Selama ini, perusahaan kayu lapis ini sudah menjadi bank pohon, yang menyediakan bibit sengon berkualitas kepada para petani yang berminat untuk budidaya sengon, dengan petunjuk teknis untuk persemaiannya.
Sifat tumbuhnya lurus dan padat membuat mempunyai nilai jual yang cukup tinggi dan digunakan oleh industri. Terdapat empat jenis sengon, buto, laut, solomon, dan tekek. Sengon tekek merupakan jenis yang banyak digunakan untuk pembuatan kertas dan kayu lapis.
Selain sebagai pohon peneduh, petani di Jawa sudah memanfaatkan lahan kosong atau tidak produktif dengan menanam pohon sengon untuk menghasilkan pemasukan yang lebih besar, dengan metode penanaman terbaik yang sudah diteliti oleh akademisi.
Dibutuhkan lima tahun paling cepat sejak penanaman bibit sampai siap menghasilkan kayu sebanyak 0,8 meter kubik per pohon sengon unggulan, dengan diameter 30 centimeter lebih.
"Penanaman pohon sengon di Indonesia sangat diuntungkan dengan posisi di garis khatulistiwa yang memberikan limpahan sinar matahari dan air yang cukup sepanjang tahun, sehingga mempercepat waktu panen, dibandingkan negara lain yang butuh 30-40 tahun," kata Budi.
Untuk pengadaan bibit sengon tersedia di sentra daerah di Pulau Jawa dan dengan tingkat kesuburan tanah yang relatif bagus , petani sudah bisa membudidayakannya di atas lahan seluas 300-500 meter persegi.
PT Sekawan Sumber Sejahtera sendiri sudah memperoleh sertifikasi dari Badan Revitalisasi Industri Kehutanan (BRIK), yang disebut dengan Timber Legality Assurance System (TLAS) atau Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK).
Tren penggunaan kayu lapis yang ramah lingkungan akan semakin meningkat seiring dengan kesadaran atau gaya pola konsumsi ke arah tersebut.
Produksi kayu lapis Indonesia untuk pasar ekspor pernah menjadi yang terbesar untuk pasar Amerika Serikat pada era sekitar 1987 – 1997. Kurangnya pasokan bahan baku bisa menyebabkan industri kayu lapis mengalami kesulitan dalam memenuhi kapasitas produksi yang stabil, yang bisa berimbas pada komitmen dengan pembeli di luar negeri dan dalam negeri.
Negara dengan empat musim merupakan pasar potensial yang selalu membutuhkan pasokan kayu lapis sebagai salah satu bahan bangunan yang cukup penting.
Tahun 2018 ekspor produk kayu lapis diperkirakan sekitar 3 juta meter kubik dengan nilai sekitar 1,9 miliar dolar AS. Jika dibandingkan dengan masa keemasannya 20 tahun lalu, catatan tersebut turun 45 persen dari sisi nilai dan turun 63 persen dari sisi volume.
Baca juga: Kemendag hadirkan anjungan kayu ringan Indonesia di TEI
Baca juga: LIPI bantu ribuan bibit sengon di Temanggung
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019