Jakarta, (ANTARA News) - Kementerian BUMN menyebut kenaikan utang perusahaan-perusahaan BUMN yang cukup signifikan pada 2018 hingga Rp2.394 triliun diperlukan untuk investasi dan pengembangan usaha.
"Ya namanya proyek investasi kan ada porsi ekuitas dan utang," kata Sekretaris Kementerian BUMN Imam Apriyanto Putro seusai acara Rapat Koordinasi BUMN di JCC Senayan, Jakarta, Kamis.
Berdasarkan data yang dihimpun, utang BUMN pada 2017 mencapai Rp1.623 triliun yang kemudian meningkat menjadi Rp2.394 triliun pada 2018.
Menurut Imam, kenaikan porsi utang tersebut dinilai wajar karena perusahaan akan tumbuh dan berkembang besar dengan investasi itu.
Ia juga menyebut BUMN memiliki kemampuan bayar yang mumpuni atas utang-utang tersebut.
"Pendapatannya ada berapa ribu triliun, kemampuan bayarnya kan dari pendapatan," tuturnya.
Sepanjang 2018, total aset BUMN mencapai Rp8.092 triliun, naik dari capaian 2017 sebesar Rp7.210 triliun. Total ekuitas BUMN juga meningkat dari Rp2.380 triliun pada 2017 menjadi Rp2.479 triliun pada 2018. Laba BUMN juga tercatat meningkat tipis dari Rp186 triliun pada 2017 menjadi Rp188 triliun pada 2018.
Sedangkan total belanja modal BUMN juga meningkat dari Rp268 triliun untuk infrastruktur pada 2017 menjadi Rp379 triliun pada 2018. Sedangkan total belanja modal BUMN non infrastruktur juga naik dari Rp47 triliun pada 2017 menjadi Rp108 triliun pada 2018.
Sementara itu, kontribusi BUMN terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui pajak, dividen dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga meningkat dari Rp354 triliun pada 2017 menjadi Rp422 triliun.
Baca juga: Deputi sebut utang BUMN masih proporsional
Baca juga: Menteri Rini tegaskan utang BUMN bukan Rp5.000 triliun
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019