Rasa haru menyelimuti Auditorium Ali Hasyimi Darussalam Banda Aceh, tempat berlangsungnya prosesi wisuda hari kedua Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh, saat seorang ayah mewakili putrinya untuk diwisuda.

Sosok lelaki berkulit sawo matang dengan mengenakan peci dan berbaju lengan panjang, naik ke panggung saat nama Rina Muharami, mahasiswi Program Studi (Prodi) Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry dipanggil naik ke podium utama.

Pria pemilik nama lengkap Bukhari itu naik bersama dengan wisudawan lainnya untuk mengambil ijazah yang diserahkan oleh Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Warul Walidin yang telah berdiri dan turut didampingi anggota senat lainnya.

Kehadiran Bukhari ke atas panggung untuk mewakili anaknya yang telah dipanggil yang maha kuasa, karena sakit yang dideritanya. Kehadiran ayah dari mahasiswi tersebut membuat haru para mahasiswa yang hadir bersama orang tua yang saat itu sedang meluapkan kegembiraan atas kelulusan yang diraihnya.

Rina Muharami merupakan putri pertama dari empat bersaudara, yang lahir dari pasangan Bukhari dan Nurbayani pada 16 Mei 1996. Ia meninggal dunia tiga belas hari setelah menjalani sidang skripsi sarjana di UIN Ar-Raniry.

Bukhari yang hadir mewakili putri tercintanya tersebut terlihat tegar saat mengambil ijazah yang diserahkan langsung oleh orang nomor satu di lingkungan UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh.

Rektor UIN Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh, Prof Warul Walidin yang saat iitu memberikan langsung ijazah Rina Muharami mengaku sempat menitikkan air mata, di mana orang tua dari lulusan UIN Ar-Raniry tersebut tetap tegar dan tabah hingga mengantikan posisi putrinya untuk mengambil ijazah.

"Kami sangat terharu saat melihat seorang bapak yang naik ke podium mewakili anaknya yang telah tiada untuk mengambil ijazah pada hari wisuda lulusan UIN Ar-Raniry," kata Prof Warul Walidin.

Orang nomor satu di Kampus UIN Ar-Raniry tersebut dalam kesempatan tersebut secara sepontan menyampaikan pesan kepada ayah dari Rina Muharami agar tetap tabah pada cobaan yang Allah berikan.

"Kami menyampaikan apresiasi kepada wali dari Rina Muharami dan UIN Ar-Raniry akan bertakziah kerumahnya dan membawa sedikit bingkisan sebagai bentuk dari perhatian dan kepedulian yang diberikan kampus kepada keluarga yang tertimpa musibah," katanya.

Menurut dia orang tua Rina tetap memperlihatkan tanggungjawabnya sebagai seorang ayah untuk memberikan pendidikan kepada sang buah hatinya untuk meraih sarjana, bahkan mengambil ijazah sarjana meski ananda telah tiada.

"Kita harus berbuat baik kepada orang tua, mereka adalah sosok yang hebat yang menjadikan anak-anaknya menjadi tokoh, pengusaha, pemimpin dan sukses dalam segera bidang. Apa yang kita nikmati hari ini merupakan pengorbanan yang telah orang tua lakukan pada kita," ujar Warul dengan nada haru.

Ia berpesan, sebagai seorang anak, kita harus menjaga hati dan berbuat baik kepada kedua orang tua yang telah bersusah payah membesarkan dan memberikan pendidikan sehingga kita menjadi orang-orang sukses.

"Kita perlu memberikan kesadaran kepada anak kita bahwa kunci kesuksesan dunia ini adalah doa dari orang tua," katanya.

Karena itu ia mengajak semuanya untuk terus mendoakan kedua orang tua bagi yang telah tiada dan yang masih hidup mari dijaga, menyenangkannya dan jangan pernah membuat mereka sedih dan kecewa sebab kesuksesan kita adalah doa dari kedua orang tua.

Nisaul Khaira yang merupakan sahabat dekat almarhumah sejak semester lima menjelaskan tepat pada tanggal 5 Februari 2019, Rina dipanggil Sang Pencipta sekitar pukul 04.15 WIB. Rina meninggal dunia karena penyakit tifus stadium akhir yang dideritanya.

Nisaul menuturkan mahasiswi asal Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar tersebut merupakan sosok yang sangat menginspirasi di kalangan sahabatnya dan berasal dari keluarga sederhana.

Keseharian almarhumah yang juga merupakan guru ngaji memiliki nilai positif dikalangan sahabatnya. Ia merupakan sosok yang selalu mahir memposisikan diri dalam setiap keadaan.

Ketua Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Muzakir mengatakan pemilik nama lengkap Rina Muharami tersebut merupakan mahasiswi berprestasi dan ia juga mampu menguasai bahasa Jepang dengan baik.

Rina merupakan mahasiswa penerima program beasiswa Bidikmisi dengan indeks prestasi komulati yang diraih 3,51 dengan lulus predikat istimewa.

"Almarhumah Rina sudah menyelesaikan seluruh syarat untuk wisuda pada semester ini, namun sebelum yudisium, Rina dipanggil oleh Allah, sehingga ia tidak sempat mengikuti proses yudisium," kata Muzakir.

Ia mengataka pihak prodi berinisiatif mengundang ayah kandung Rina untuk tetap hadir pada saat hari wisuda yang merupakan bentuk penghargaan untuk perjuangan ayahnya terhadap Rina dan tepat hari ini, ayah kandungnya langsung yang hadir untuk mengambil ijazah tersebut," katanya.

Dalam rapat senat terbuka wisuda doktor, magister, sarjana dan ahli madya semester ganjil tahun akademik 2018/2019 UIN Ar-Raniry Darussalam, banda Aceh berhasil meluluskan sebanyak 2.011 lulusan.

Adapun lulusan tersebut terdiri dari delapan orang program doktor, 64 orang Magister Agama Islam dan 1.875 lulusan program sarjana serta 64 orang diploma tiga.

Rina Muharami adalah satu dari 2.011 lulusan mahasiwa UIN Ar-Raniry pada semester ganjil (Juli-Desember) 2018 yang berhasil menyelesaikan studinya di universitas "jantong Hatee" rakyat Aceh itu.*


Pewarta: M Ifdhal
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019