Defisit perdagangan internasional dalam barang-barang mencapai 79,5 miliar dolar AS pada Desember, naik dari 70,5 miliar dolar AS pada November. Defisit perdagangan dalam barang-barang pada Oktober mencapaih 77,1 miliar dolar AS.
Ekspor barang-barang AS pada Desember mencapai 135,7 miliar dolar AS, lebih rendah 4,0 miliar dolar AS dari November, sementara impor barang-baranf pada Desember tercatat 215,2 miliar dolar AS, lebih banyak 5,0 miliar dolar AS daripada posisi November.
Defisit perdagangan dalam barang-barang pada Desember meningkat 9,7 persen dari bulan yang sama di tahun 2017.
Sementara itu, defisit perdagangan dalam barang-barang dan jasa-jasa pada November mencapai 49,3 miliar dolar AS, turun 11,5 persen dari bulan sebelumnya, menurut data yang dirilis awal bulan ini.
Secara tahun ke tahun, defisit barang-barang dan jasa-jasa pada November meningkat 51,9 miliar dolar AS atau 10,4 persen, dari periode yang sama tahun 2017. Ekspor naik 157,1 miliar dolar AS atau 7,3 persen, sementara impor naik 208,9 miliar dolar AS atau 7,9 persen.
Para ekonom percaya defisit perdagangan yang berlangsung lama negara itu diakibatkan dari kebijakan ekonomi makro, dan bahwa menaikkan tarif-tarif terhadap impor bukanlah cara yang tepat untuk mengurangi defisit, yang kemungkinan akan meningkat lebih lanjut karena stimulus fiskal yang direncanakan.
Dolar AS yang kuat juga berkontribusi pada pelebaran defisit perdagangan, kata para ekonom. Demikian laporan yang dikutip Xinhua.
Baca juga: Bursa Spanyol melemah, Indeks IBEX 35 ditutup turun 15,50 poin
Baca juga: Darmin ingatkan KUR bukan untuk belanja konsumtif
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019