Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, mengatakan Shalat Idul Fitri 1428 Hijriah yang dilakukan pada Jumat bukan dibuat-buat, namun berdasarkan keyakinan pada dalil-dalil Al Qur`an dan Al Hadist serta ilmu pengetahuan. "Kemarin pada pukul 12.02 telah terjadi ijtima, yaitu konjungsi yaitu Bulan dan Bumi berada pada garis lurus yang merupakan pertanda berakhirnya Ramadhan dan lebih kuat lagi ketika Matahari terbenam, Bulan masih berada di atas ufuk, cuma derajatnya tidak terlalu tinggi," kata Din, saat menyampaikan khotbah Shalat Idul Fitri di Lapangan Wijayakusuma, Slipi, Jakarta, Jumat Dikatakannya, pemerintah hendaknya bersikap arif, bijaksana dan bersifat mengakomodasi serta mengayomi umat. "Dan bahwa seruan bagi yang ber-Idul Fitri hari Jumat untuk boleh tidak berpuasa, tapi shalat pada Sabtu, mohon maaf, itu tidak ada dasar yang kuat dalam sumber Islam. Maka seharusnya pernyataan seperti itu seharusnya tidak perlu," katanya. Dia menjanjikan Muhammadiyah senantiasa berupaya mendekatkan perbedaan penentuan 1 Syawal, walaupun perbedaan itu akan terus menerus terjadi. "Kita telah memprakarsai sebuah simposium nasional untuk menyatukan kalender Islam," katanya. Ditambahkannya bangsa Indonesia tidak boleh melupakan kebersamaan dan kepekaan sosial agar bisa keluar dari krisis multidimensi yang masih dialami hingga saat ini. "Oleh karena itu, momentum Idul Fitri sebagai hari kemenangan harus dibuktikan dengan tindakan nyata untuk berbuat terbaik bagi negeri ini dengan bingkai semangat merajut tali kebersamaan dan mengasah kepekaan sosial," katanya. Shalat Idul fitri itu sendiri dihadiri oleh ratusan warga PP Muhammadiyah dari wilayah Jabodetabek (*)
Copyright © ANTARA 2007