Tidak ada yang menyangka lokasi yang dahulunya hanya tebing di sisi sungai Batang Tompo di Nagari Taluak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat kini berdiri kokoh satumushala minimalis yang diberi nama Nur Arifin.
Mushala berukuran 5x6 meter tersebut menjadi tempat beribadah bagi warga setempat karena memang itu satu-satunya mushala yang ada di Jorong itu.
Mushala itu pun menjadi tujuan utama masyarakat yang ingin menunaikan shalat lima waktu.
Selain letaknya yang berada dekat dengan persimpangan Jalan Raya Sitangkai, mushala ini juga menjadi tempat istirahat sejenak bagi pengendara mobil yang melintasi kawasan tersebut.
Mushala itu sendiri dibangun sekitar 10 tahun lalu oleh seorang anggota polisi lalu lintas dari Polres Tanah Datar Bripka Firman Zulkarnain yang mengawali karir pertamanya sebagai pos jaga di daerah itu.
Keinginan mendirikan mushala ini berawal saat Bripka Firman melihat warga Sitangkai tidak memiliki kamar mandi serta air bersih untuk kegiatan Mandi Cuci kakus (MCK) sehingga warga hanya memanfaatkan sungai Batang Tompo.
Parahnya warga di sungai Batang Tompo mandi bercampur antara laki dan perempuan serta buang air besar di sana sehingga mengotori sungai.
"Hati saya tersentuh melihat kondisi ini, saat itu saya baru satu bulan dinas di sini. Saya pun terpaksa ikut mandi di sungai Batang Tompo bercampur antara laki-laki dan perempuan," kata dia.
Miris melihat kondisi itu membuat ia bertekad mendirikan sebuah mushala lengkap dengan tempat mandi dan WC agar warga tidak ke sungai lagi.
Ia pun mencoba menyampaikan niatnya itu kepada atasannya di Satuan Polisi Lalu Lintas dan meminta izin untuk mendirikan sebuah mushala di Sitangkai, dan menetap untuk tinggal di pos penjagaan itu.
Setelah mendapatkan izin, Firman menyampaikan niat baiknya kepada orang yang punya tanah, Asnibar. Pemilik tanah pun akhirnya menghibahkan tanah miliknya yang berada di belakang pos jaga itu untuk dijadikan mushala.
Karena untuk membangun sebuah mushala diperlukan uang yang tidak sedikit, apalagi harus membuat dam dulu pada sisi tebing sungai Batang Tompo dan mendirikan tonggak setinggi empat meter lebih.
Maka bermodalkan uang Rp300 ribu Bripka Firman Zulkarnain mendatangi salah satu toko bangunan di Lintau dan menyampaikan niatnya.
"Saat saya utarakan kepada pemilik toko, alhamdulillah mendapat sambutan baik, padahal dengan dana terbatas saya waktu itu tidak tahu harus mencari dana ke mana. Tapi saya yakin kalau berniat baik pasti akan dimudahkan jalannya oleh Allah," ujarnya.
Warga yang melihat niat baik Bripka Firman tergerak pula untuk membantu, mereka mulai mengumpulkan dana secara swadaya untuk membeli semen.
Kemudian bersama-sama mengambil batu dari sungai Batang Tompo untuk pondasi, mulailah pembangunan mushala itu.
Dengan sedikit ilmu bertukang yang dimiliki Bripka Firman pembangunan mushala pun berjalan lancar dengan langsung turun tangan ikut sebagai tukang.
Setiap bulan ia pun menyisihkan sedikit gajinya untuk dana pembangunan mushalla itu yang dikerjakan di sela-sela waktu luang jam kerjanya sebagai anggota polisi lalu lintas.
Sesekali ia juga harus meninggalkan mushala yang sedang dikerjakannya bila menerima panggilan tugas seperti ada orang yang jatuh, atau kecelakaan lalu lintas.
Akhirnya mushala itu bisa juga diselesaikan dalam waktu satu setengah tahun dengan total biaya Rp150 juta. Mushala itu diberi nama Nur Arifin diambil dari nama Kasat Lantas Polres Tanah Datar waktu itu Arifin Daulay.
Semenjak itulah warga Sitangkai tidak lagi buang air besar di sungai, apalagi mandi bercampur antara laki-laki dan perempuan tidak terjadi lagi.
Karena warga sudah bisa memakai beberapa kamar mandi yang sengaja dibuatkan tepat di sebelah mushala tersebut.
Masyarakat pun dimudahkan dalam mengambil air bersih di mushala itu, tidak perlu lagi mengangkut air dengan ember dari jauh dengan memutar ke seberang sungai untuk kebutuhan memasak di rumah.
Usaha Bripka Firman ini ternyata disambut baik Pemerintah Kabupaten Tanah Datar melalui Pemerintah Nagari. Melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), pemkab membantu membuatkan dam tebing serta tangga untuk jalan menuju mushala.
Wali Nagari Taluak, Pendi Aswil mengatakan bantuan itu diberikan Wakil Bupati Tanah Datar, Zuldafri Darma kemudian dana itu dimanfaatkan warga untuk merenovasi kubah mushala, atap, tempat wudhu, dan menambah tangga menuju mushala.
Ia mengatakan ke depan mushala itu akan ditambah lagi pembangunannya agar anak-anak di Sitangkai dapat belajar mengaji di tempat tersebut.
"Kita berencana mushala ini benar-benar dapat berguna bagi warga, termasuk bagi anak-anak untuk mengaji. Karena saat ini untuk mengaji terpaksa pergi ke surau yang cukup jauh dari sini," ujar wali nagari.
Kini mushalla tersebut dijaga dan dirawat oleh warga Sitangkai, karena Bripka Firman telah pindah tugas ke Unit SIM Satlantas Polres Tanah Datar.
Namun peninggalannya itu memberikan manfaat serta membawa perubahan bagi warga Sitangkai.
Etek Asnibar yang menghibahkan tanahnya merasa senang hatinya karena satu-satunya mushala di Jorong Taruko, Nagari Taluak ada di Sitangkai.
Mushala itu kini dimanfaatkan warga sekitar untuk beribadah, termasuk bagi warga yang menunggu angkutan umum di daerah itu.
Ia berinisiatif bersama warga mengganti nama mushalla tersebut dari Nur Arifin menjadi Nur Firman. Menurutnya Nur Firman pantas karena sebagai pencetus bahkan membangun mushala dengan tangannya sendiri.
"Kami berterima kasih kepada Firman dengan adanya mushala di sini. Dulu tempat ini hanya tebing sungai dan di bawahnya tempat mandi massal masyarakat Sitangkai. Jadi wajar kami ingin mengganti namanya dari Nur Arifin menjadi nama dia," ujarnya.
Baca juga: Polisi Bangka Barat bantu budayakan "Maghrib Mengaji" anak pesisir
Baca juga: Ajak anak TK, istri polisi menanam mangrove di Sangihe-Sulut
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019