Semarang (ANTARA News) - Pelaksanaan rukyah hisab untuk menetapkan awal Syawal 1428 H di menara Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Kamis sore, belum berhasil melihat hilal yang tenggelam di sebelah barat. Sekretaris Tim Rukyah Hisab Jawa Tengah, Ahmad Izzudin, mengatakan, adanya awan di sebelah barat bersamaan dengan tenggelamnya matahari, menyebabkan hilal tidak dapat terlihat. Rukyah yang digelar untuk mementukan jatuhnya Lebaran ini diikuti antara lain oleh sejumlah pemuka Agama Islam, pejabat di lingkungan Kantor Departemen Agama Jawa Tengah, sejumlah hakim dari Pengadilan Agama Semarang dan Pengadilan Tinggi Agama Jawa Tengah, serta umat muslim dari berbagai wilayah di Jawa Tengah. Ahmad mengatakan, berdasarkan pemantauan dari para peserta rukyah dengan disaksikan oleh sejumlah hakim pengadilan agama dan pengadilan tinggi agama, maka rekomendasi yang akan disampaikan dalam sidang Isbat di Jakarta ialah hasil pemantauan dari Menara MAJT belum berhasil melihat hilal. "Para peserta rukyah di menara MAJT ini sepakat belum berhasil melihat rukyah, dengan disaksikan oleh sejumlah hakim pengadilan tinggi agama," katanya. Dengan hasil ini, kata dia, 1 Syawal 1428 H dipastikan akan jatuh pada hari Sabtu (12/10). Menurut dia, hasil pengamatan di menara MAJT ini kemungkinan besar akan sama dengan hasil pengamatan di berbagai daerah di Indonesia untuk menentukan 1 Syawal 1428 H. "Posisi untuk melihat dari menara MAJT ini cukup sulit karena ketinggian untuk melihat hilal hanya nol derajat 10 menit 52,15 detik, padahal ketinggian ideal yang diperlukan minmal harus 2 derajat," katanya. Dalam pemantauan hilal di menara MAJT ini, Tim Rukyah Jateng telah memperhitungkan waktu tenggelamnya matahari pada pukul 17.33 WIB, di mana jarak waktu antara tenggelamnya matahari dan hilal berkisar antara 45-50 detik. "Dalam selang waktu itu, para peserta rukyah tidak melihat hilal," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007