Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap Kamis pagi, melemah, menyusul aksi spekulatif pelaku pasar melepas rupiah untuk mencari untung (profit-taking), setelah menguat hingga di bawah level Rp9.100 (sebelumnya Rp9.400) per dolar AS. Nilai tukar rupiah melemah menjadi Rp9.075/9.080 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.063/9.085 per dolar AS atau turun 12 poin. Analis Valas PT Bank Saudara, Rury Nova, di Jakarta, mengatakan rupiah menjelang hari Raya Idul Fitri cenderung stabil pada kisaran antara Rp9.050 hingga Rp9.075 per dolar AS. Hal ini terjadi karena aktivitas pasar sudah berkurang, para pelaku sudah meninggalkan pasar hanya sebagian kecil pelaku yang mencoba mencari keuntungan sebelum pasar libur panjang, katanya. Rupiah, menurut dia, juga masih sulit untuk mendekati level Rp9.000 per dolar AS, apalagi bank sentral AS (The Fed) menyatakan belum pasti menurunkan suku bunga Fedfund lagi setelah menurunkan 50 basis poin menjadi 4,75 persen. Amerika optimis pertumbuhan ekonomi masih dapat berjalan dengan baik, meski ada kasus subprime mortgage (kasus gagal bayar kredit perumahan AS) masih belum menentu, katanya. Ia mengatakan, rupiah agak tertekan oleh melemahnya pasar saham regional, setelah dua hari lalu menguat namun sepinya aktivitas pasar, koreksi harga terhadap rupiah tidak besar. "Kami memperkirakan peluang rupiah untuk kembali menguat masih besar, apalagi investasi asing di dalam negeri merupakan salah satu faktor penggerak menguatnya nilai tukar itu," ucapnya. Sebagian pelaku kecil masih berharap meraih keuntungan untuk menyambut liburan panjang Idul Fitri, karena sebagian besar pelaku utama sudah meninggalkan pasar. Karena itu, pergerakan rupiah terhadap dolar AS cenderung menyempit suatu saat naik dan turun atau tidak menentu, ujarnya. Sementara itu, dolar AS di pasar cenderung stabil terhadap euro pada 1,4139 dan euro terhadap yen jadi 165,64. Membaiknya dolar AS itu, terutama disebabkan adanya laporan tenaga kerja AS yang membaik membuktikan pasar ekonomi AS masih berjalan, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007