Gowa, Sulsel (ANTARA News) - Sekitar 300 jamaah An-Nadzir melaksanakan shalat Idul Fitri 1428 Hijriyah di lapangan tepi Danau Mawang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis sekitar pukul 07.00 Wita. Usai shalat shubuh, mereka bergegas menuju lapangan tepi Danau Mawang yang tidak terlalu jauh dari perkampungan mereka yang hanya berjarak sekitar 100 meter. Jamaah ini, berbeda dengan jemaah lainnya karena mereka mengenakan jubah dan sorban berwarna hitam yang dipadukan dengan ikatan kepala berwarna putih. Rambut mereka ada yang dicat berwarna pirang dan agak kekuning-kuningan. Ajaran An-Nadzir ini masuk ke Kabupaten Gowa melalui Syech Muhammad Al Mahdi Abdullah, imam kaum An-Nadzir pada 1998. Usai shalat Ied, penanggung jawab jamaah An-Nadzir yang juga bertindak sebagai imam shalat sekaligus khatib, Ustadz Lukman, mengatakan pihaknya menjalankan shalat Ied ini dengan mengambil rujukan gejala alam yang terjadi seperti air laut pasang penuh. "Ketika laut pasang, itu berarti bulan dan matahari berada pada posisi sejajar," jelasnya, seraya menambahkan bahwa gejala alam ini didukung dengan tanda-tanda alam lainnya, seperti bulan sabit yang sudah tidak nampak sejak Rabu (10/10) sekitar pukul 2.00 dini hari. "Jadi sebenarnya, hari Rabu itu telah memasuki bulan Syawal," ujarnya. Sejak Selasa, katanya, pihaknya semakin intensif melakukan pemantauan bayangan bulan sabit ini terlihat tinggal satu bayangan. Menurut Lukman, metode ini, dilakukan Rasulullah SAW termasuk penampilan Nabi yang mengecat rambutnya dengan warna agak kemerah-merahan dan memanjangkan rambutnya hingga sebatas bahu. "Kami konsisten menjalankan ajaran Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW," ujarnya. Dalam khutbahnya, Ustadz Lukman mengatakan bahwa Islam tidak mempunyai kekuatan dan daya tapi dia bisa memiliki itu bila bersatu padu. Dia juga menambahkan Islam bukan sekedar agama, tetapi suatu tatanan hidup bagi kaum yang ingin hidup dengan selamat. Dalam pelaksanaan shalat Ied itu, nampak pula beberapa penduduk sekitar, juga turut melaksanakan shalat berjamaah dengan komunitas An-Nadzir. Jamaah kelompok ini mudah dikenali dari penampilannya seperti berambut pirang dengan panjang rambut sebatas bahu, menggunakan sorban, mengenakan jubah hitam, sedangkan penduduk sekitar hanya mengenakan baju koko dan jubah berwarna putih. Demikian pula jemaah wanita An-Nadzir, sebagian di antara mereka ada yang mengenakan cadar dan jubah, sedangkan yang lainnya terlihat hanya mengenakan mukena seperti yang dipakai kaum Muslimah pada umumnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007