Jakarta (ANTARA News) - Sekretariat Nasional Jokowi mendorong agar khatib atau penceramah di masjid dapat turut menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan menghindarkan diri dari ceramah yang dapat memecah belah.
"Agar aktivitas penyiaran agama berisi narasi yang penuh kedamaian, mempersatukan, keramahan, toleran, meneduhkan dan sadar akan pluralitas elemen bangsa dalam aktivitas penyiaran agama," kata Bendahara Umum DPN Seknas Jokowi Ismarilda Priadi di acara Wadah Silaturahim Khatib Indonesia (Wasathi) di Jakarta, Minggu (24/2) malam.
Menurut dia, narasi-narasi tersebut menjadi pijakan fundamental bagi upaya pewujudan kondisi kehidupan berbangsa dan beragama. Dengan adanya materi yang menyejukkan maka pembangunan berjalan optimal dengan kondisi umat beragama yang jauh dari konflik dan egoisme kelompok.
Dia menengarai terdapat kecenderungan khatib-khatib di beberapa masjid justru menyampaikan materi kepada jamaahnya dengan isu yang mempertajam perbedaan, intoleransi, menebar kebencian, menyampaikan kabar bohong (hoaks) dan konten negatif lainnya.
Peran khatib, kata dia, memiliki arti strategis dalam mengajak jamaahnya untuk tetap berorientasi pada persatuan dan kesatuan bangsa. Khatib kerap hadir ke tengah umat saat menyampaikan ceramah seperti saat Shalat Jumat. Dengan begitu, pesan-pesan ceramahnya tentu sangat penting diperhatikan agar tidak mengadu domba.
"Perbedaan mazhab dan afiliasi politik dalam umat Islam bisa didewasakan dan ditoleransi melalui konten dan khatib Jumat," kata dia.
Sementara itu, Direktur LPPOM Majelis Ulama Indonesia Lukmanul Hakim mengatakan ujaran kebencian bukan merupakan karakter Islam. Islam yang menjadi rahmat untuk alam semesta walau bagaimanapun tidak menggunakan ujaran kebencian dalam berdakwah.
"Bahwa Islam 'rahmatan lil 'alamin' itu tidak berubah dalam setiap kondisi, apakah itu pilpres, pileg atau kondisi di luar itu, Islam tetap 'rahmatan lil 'alamin," katanya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019