Jakarta (ANTARA News) - Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin menduga acara "Munajat 212" yang digelar di pelataran Monas pada Kamis sore (21/2) kental bernuansa politik lantaran sejumlah politisi pendukung salah satu kandidat presiden hadir di acara tersebut.
"Banyak dugaan memang terjadi pelanggaran, karena memang ada beberapa pengurus tim pemenangan kandidat lain yang hadir pada saat itu mengucapkan, melontarkan kalimat-kalimat yang terindikasi kampanye," kata Direktur Hukum dan Advokasi Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Ade Irfan Pulungan dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat.
Namun demikian, pihaknya masih mengumpulkan data yang cukup untuk melaporkan indikasi adanya pelanggaran kampanye ke Bawaslu.
Dugaan adanya kampanye di acara itu juga diperkuat dengan beredarnya potongan-potongan video yang viral di dunia maya.
"Itu sangat jelas sekali ada semacam ajakan, semacam simbol simbol jari, simbol tangan yang menunjukkan kepada salah satu pasangan calon," katanya.
Pengamat politik dari Universitas AL Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, berpendapat senada. Menurut Ujang, Munajat 212 tidak lepas dari gerakan 212 yang dilakukan sebelum-sebelumnya.
"Berdoa untuk pemilu damai dan aman sah-sah saja. Namun jika munajat 212 ditumpangi para politisi untuk mendukung salah satu paslon, maka munajat 212 akan kekurangan makna. Dan para politisi yang hadir telah membawa acara munajat 212, yang tadinya khusus berdoa untuk pemilu damai menjadi dipolitisir. Dan agama diperalat untuk kepentingan salah satu paslon," paparnya.
Ujang berpendapat, acara munajat 212 rawan dijadikan alat kampanye untuk mendukung salah satu paslon mengingat banyak hadirnya tim pemenangan salah satu kandidat.
Pilpres 2019 diikuti dua pasangan Capres, yaitu nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019