Jakarta (ANTARA News) - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang rencananya mulai dilakukan tendernya pada 2008, bakal mundur dari jadwal karena pembentukan satuan yang akan menjadi pelaksana pembangunan berikut pihak pengelolanya belum definitif. "Kalau entitas yang akan melaksanakan itu belum definitif, konsekuensinya akan mundur sedikit," kata Kepala Badan Atom Nasional (Batan), Dr Hudi Hastowo, kepada wartawan di Jakarta, Rabu. Menurut Hudi, tim perencanaan PLTN yang menentukan pemilik (owner) dari PLTN tersebut ditentukan melalui peraturan presiden yang saat ini naskahnya masih berada di meja kerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun demikian, ujarnya, Batan tetap melaksanakan berbagai persiapan lainnya sehingga begitu perpres telah ditandatangani, maka segala sesuatunya sudah siap. "Misalnya, untuk persiapan tapak di Semenanjung Muria, PLTN yang akan dibangun harus tahan percepatan gempa berapa gal, tipe fondasi seperti apa, kondisi mikroseismiknya seperti apa, bagaimana kecepatan angin, hingga data penduduk. Demikian pula soal amdal PLTN. Sekarang sulit menjawab karena entitas yang mengajukannya belum ada," katanya. Hudi mengatakan, kelebihan PLTN adalah mampu menyediakan daya listrik secara massal atau masif, ribuan MW secara terus-menerus, dan hanya membutuhkan bahan bakar yang minim, berukuran meter kubik, (bukan ribuan meter kubik seperti halnya batubara atau bahan bakar fosil lainnya) sehingga tidak rentan pada perubahan harga. Ia mengemukakan, investasi PLTN sangat besar namun sebagian besar demi aspek keselamatan, dan meskipun bersifat radioaktif, limbahnya pun sedikit dan terkendali. "Soal kekhawatiran terhadap gempa, hal itu dapat dijawab dengan teknologi. Lihat saja Jepang yang memiliki 55 PLTN di pulaunya yang tak sebesar Jawa dengan tingkat kegempaan tinggi, sementara pangan bagi masyarakat Jepang berasal dari dalam negeri tanpa khawatir adanya paparan radiasi," katanya. Aspek keselamatan, menurut dia, juga akan ditangani dengan sistem otomatis yang telah memperhitungkan seluruh kemungkinan. "Misalnya, jika terlalu panas maka reaktor akan padam, jika radioaktif terpapar melebihi standar maka reaktor akan padam, dan seterusnya. Dengan menggunakan `logic system` penyimpangan sedikit saja akan mematikan reaktor secara otomatis," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007