Jakarta (ANTARA News) - PT Kereta Api (KA) dijadwalkan akan mengoperasikan delapan KA tambahan mulai Rabu (10/10), menyusul terjadinya puncak arus mudik moda tersebut pada hari yang sama. "Jika kemarin atau H-4, PT KA gagal mengoperasikan lima kereta api tambahan, maka hari ini, jika memuncak, delapan kereta api tambahan sekaligus siap dioperasikan," kata Kepala Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Suprapto, di Posko Lebaran Terpadu 2007 di Departemen Perhubungan (Dephub), Rabu. Ia menjelaskan, kereta tambahan itu antara lain tiga kereta eksekutif yang berangkat dari Stasiun Gambir, Gajayana jurusan Jakarta-Malang, KA Argolawu jurusan Jakarta-Solo, Purwojaya jurusan Jakarta-Purwokerto. Selain itu, empat KA bisnis tambahan akan diberangkatkan dari Stasiun Senen yakni KA Sawunggaling Lebaran jurusan Kutoarjo, KA Kutojaya dengan jurusan yang sama, KA Senja Utama Yogyakarta Lebaran ke Yogyakarta dan KA Tawangjaya Lebaran jurusan Semarang. Kemudian, KA tambahan untuk KA ekonomi adalah KA Bengawan jurusan Solo berangkat dari Stasiun Tanah Abang. Petugas Posko Direktorat Jenderal Perkeretapian Bunyamin mengemukakan, hasil pantauan menunjukkan bahwa lonjakan paling mencolok di Stasiun Senen, dan Stasiun Gambir. Sesuai rencana operasi angkutan lebaran, sedikitnya 14 kereta api tambahan sudah disiapkan. "Pengoperasiannya bertahap, pamungkasnya Sapujagat," kata Suprapto. Sebelumnya, hingga H-5 dan H-4, sedikitnya 23 Kereta Api (KA) mengalami keterlambatan baik keberangkatan maupun kedatangan rata-rata satu jam. Angka keterlambatan persisnya adalah dari tiga hingga 134 menit. Persisnya adalah sebanyak 18 KA terlambat saat kedatangan dan 5 KA terlambat saat keberangkatan. Keterlambatan paling lama yakni 134 menit terjadi pada KA Gumarang Jakarta-Surabaya, sedangkan paling cepat selama 3 menit terjadi pada KA Tawang Jaya. Namun, soal keterlambatan itu, Dirut PT KA Ronny Wahyudi menegaskan, keterlambatan kedatangan dan keberangkatan KA itu bukan karena kesalahan operasional. "Bukan. Bukan karena operasional, tetapi justru kebanyakan karena pada setiap pemberhentian di stasiun untuk menurunkan dan menaikkan penumpang, waktunya bertambah dari rata-rata tiga menit menjadi enam sampai 10 menit," kata Ronny. Dengan demikian, hal itu kumulatif sifatnya. "Tapi, masinis akan melakukan pengejaran, khususnya di Cikampek, Cirebon tanpa mengabaikan safety. Jadi, yang semula 60-80 km per jam, kecepatan ditambah hingga 90-100 km per jam," kata Ronny. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007