"Sebelum gempa, jumlah kedatangan wisatawan di Pulau ini berkisar 2.000-3.000 orang per hari, saat 'high season' bisa mencapai 5.000 orang. Tapi hingga hari ini rata-rata baru mencapai 900 orang per hari," kata General Manager Aston Sunset Beach Resort Gili Trawangan, Emanuel Prasojo Aji, di Gili Trawangan, Kamis.
Ia memperkirakan dengan kondisi saat ini, meskipun ada perkembangan mengarah pada pemulihan tapi diperlukan waktu setidaknya setahun untuk membuat pariwisata di wilayah itu sepenuhnya kembali normal.
Pascabencana terjadi jumlah wisatawan yang datang pertambahannya sangat lambat mulai dari 100 orang per hari menjadi 200 orang, kemudian 300 orang lalu stabil di kisaran 600 orang per hari.
Pada malam tahun baru 2019 jumlahnya meningkat menjadi 900 wisatawan dan hingga kini masih stabil pada rata-rata angka 900 wisatawan per hari.
"Kami asumsikan wisatawan domestik masih takut. Wisman justru tidak, mereka lebih menganggap bahwa gempa dimanapun bisa terjadi tapi lebih takut pada teroris. Mereka yakin dan tetap datang," katanya.
Namun, belum pulih sepenuhnya infrastruktur di kawasan itu juga membuat kinerja sektor pariwisata belum optimal.
"Pembangunan kembali baru sekitar 50 persen
dari 500 properti yang ada di Gili Trawangan," katanya.
Lambatnya pembangunan kembali infrastruktur termasuk akomodasi yang rusak akibat gempa disebabkan banyaknya pemilik properti yang terbentur kesulitan dana, lamanya proses klaim asuransi, hingga kesulitan lantaran mahalnya biaya untuk membuang puing dan sampah pasca-bencana.
"Yang dibutuhkan saat ini adalah bantuan untuk pembersihan sisa dan bekas bencana, pembangunan infrastruktur pascabencana termasuk jalannya, pelabuhan, dan terpenting penanganan sampah," katanya.
Baca juga: Kemenpar gelar "famtrip" dorong pemulihan pariwisata Lombok
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019