Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore, melemah 27 poin menjadi Rp14.071 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.044 per dolar dipicu kemungkinan kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Fed.

Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim di Jakarta, Kamis, mengatakan The Fed dalam risalahnya mengatakan ekonomi AS dan pasar tenaga kerjanya tetap kuat, sehingga mendorong beberapa harapan setidaknya satu lagi kenaikan suku bunga tahun ini.

"Dolar menguat karena risalah tampaknya telah menenangkan pasar yang berpegang teguh pada pandangan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sekali lagi tahun ini," ujar Ibrahim.

Selain itu, lanjut Ibrahim, pelemahan rupiah juga dipicu naiknya harga minyak sehingga akan berdampak terhadap neraca perdagangan Indonesia kembali defisit.

Analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi mengatakan The Fed memang masih akan menahan suku bunganya namun bank sentral juga optimistis terhadap perekonomian AS. Jika perekonomian AS membaik, The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya satu kali lagi tahun ini.

"Makanya untuk ke depan rilis data-data ekonomi Amerika bakal sangat diantisipasi. Kalau data-datanya bagus, probabilitas kenaikan suku bunga tahun ini kemungkinan naik. Kalau tidak, The Fed masih akan menahan suku bunga," ujar Dini.

Nilai tukar (kurs) rupiah sendiri pada pagi hari dibuka melemah Rp14.049 per dolar AS. Rupiah sempat menguat sebentar di siang hari, namun kemudian kembali bergerak melemah. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.041 per dolar AS hingga Rp14.075 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.057 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.055 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah Kamis pagi melemah, dekati Rp14.100

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019