Jakarta (ANTARA News) - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Budiman Sudjatmiko mengatakan, penyebaran informasi menyesatkan (hoaks) yang menyerang pasangan calon nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf Amin akan semakin masif mendekati hari h pemilu.
Untuk itu, sangat penting upaya meningkatkan gerakan menangkal hoaks yang membodohi dan membahayakan persatuan masyarakat, katanya di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, hoaks memiliki pola yang terstruktur, diulang-ulang, dan mengaduk-aduk emosi dan kepercayaan seseorang. Sebab informasi menyesatkan dengan tujuan tertentu tersebut, memang didesain dengan menggabungkan kecanggihan teknologi informasi dengan psikologi.
Cambridge Analitycal, menurut dia, telah memetakan tipe-tipe seseorang melalui data-data yang diperolehnya tidak hanya dari facebook namun juga dari akun twitter. Dengan pemetaan tersebut, maka penggunaan hoax dapat disesuaikan sehingga dapat mencapai sasaran.
Aktifis Gerakan Tangkal Hoaks Dini Purwono mengatakan, berdasarkan riset 75 persen masyarakat sulit membedakan mana yang hoaks mana yang fakta.
Hal ini karena semakin banyak produksi hoaks yang disebarkan dengan mengabungkan fakta-fakta yang ada. Namun demikian, fakta-fakta tersebut diberi narasi yang menyesatkan, informasinya dipelintir, maupun juga disembunyikan sebagian faktanya.
Hoaks kini juga tidak saja menyerang Jokowi-Ma'ruf Amin, namun juga menyerang kredibilitas pemilu dan penyelanggaranya.
Untuk menangkal hoaks tersebut, pihaknya terus melakukan upaya mitigasi bersama masyarakat. Diantaranya dengan memberikan cap atau stempel hoaks atau fitnah terhadap selebaran-selebaran yang tidak benar. Dengan setempel tersebut diharapkan masyarkat menyadari bahwa informasi tersebut tidak benar.
Pilpres 2019 diikuti dua pasangan Capres, yaitu nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca juga: TGB serukan sudahi hoaks dalam Pilpres
Baca juga: Presiden apresiasi deklarasi-deklarasi anti-hoaks
Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019