"Prabowo menghabiskan lebih dari separuh usianya sebagai prajurit. Jadi, tidak mungkin meninggalkan Pancasila apalagi mendirikan negara khilafah," kata Hashim dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.
Hal itu dikatakannya menjawab informasi hoaks bahwa kedekatan Prabowo dengan kelompok Islam yang mendukungnya maju sebagai capres pilihan umat dianggap sebagai pintu masuk berdirinya negara khilafah.
Hashim menjelaskan, keluarganya merupakan keluarga yang majemuk dan memegang kuat Pancasila yang terdiri dari berbagai agama sehingga mustahil Prabowo mau mendirikan negara khilafah.
Hashim menjelaskan, kedekatan Prabowo dengan segala komponen anak bangsa ini adalah bertujuan untuk merangkul semua suku, agama, golongan, dan ras dalam upaya memperkuat nilai NKRI dan Pancasila.
Menurut dia, kesenjangan sosial, ketidakadilan di masyarakat bisa digunakan oknum-oknum tertentu untuk menghasut terjadinya disintegrasi bangsa dan membenturkan antara kaya dan miskin.
Hashim juga kembali menegaskan bahwa Pancasila tidak hanya menyangkut kepercayaan seperti yang termaktub di sila pertama saja namun terdapat pula empat sila lainnya yang saling berkaitan dan sudah menjadi cita-cita luhur pendiri bangsa.
"Karena itu kita perlu mempertahankan Pancasila sebagai ideologi dan perekat bangsa sehingga Indonesia tidak disintegrasi seperti Uni Soviet dan Yugoslavia," ujarnya.
Menurut dia, perlu ada pemahaman bahwa kondisi bangsa saat ini berada di ambang disintegrasi apabila kesenjangan ekonomi, politik, hukum, dan sosial semakin lebar.
Baca juga: Hashim jelaskan lahan Prabowo di Aceh dan Kalimantan
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019