Perayaan Festival Cap Go Meh 2019 di Padang, Sumatera Barat yang digelar pada 19 Februari merupakan salah satu bukti betapa kerukunan umat beragama di Ranah Minang terpampang nyata.
Pada Selasa sore itu, arak-arakan panjang dengan beragam penampilan seperti barongsai, pertunjukkan naga, dan lainnya menyita perhatian para pengguna jalan.
Warna merah dan kuning mendominasi banyak atribut, membuat rangkaian akhir dari perayaan Imlek yang dikenal sebagai Cap Go Meh begitu kental terasa. Arakan beranjak dari Jembatan Siti Nurbaya Padang, sekitar pukul 17.00 WIB.
Peserta yang tampil di festival menjadi incaran ribuan pasang mata, serta moncong kamera yang menatap dari pinggir jalan, baik anak-anak, remaja, serta dewasa.
"Ada banyak penampilan menarik untuk disaksikan, salah satu yang menarik perhatian saya adalah barongsai dan sipasan," kata salah seorang warga Mulyadi (30), di Padang, Selasa.
Baru saja berjalan sekitar satu jam lebih, arak-arakan yang riuh diiringi tabuhan gendang serta dentingan simbal tiba-tiba berhenti pada pukul 18.10 WIB.
Mereka berhenti ketika melintasi jalan Hos Cokro Aminoto, tepatnya di Simpang Enam, berikut suara musik yang senyap sekejap.
Berhentinya kegiatan bukan karena acara sudah usai. Tapi karena suatu hal yang menggugah rasa toleransi dan kerukunan.
Pasalnya, saat melintas di Simpang Enam, Kelurahan Berok Nipah itu kumandang azan Maghrib segera bergema sebagai panggilan beribadah umat Islam.
Maka untuk memberi penghormatan, para peserta dengan komando panitia menjeda kegiatan tanpa membubarkan barisan pawai.
Sementara di pintu Simpang Enam, para petugas kepolisian sibuk dengan arus kendaraan karena ramainya situasi lalu lintas sore itu.
Tak sampai dua ratus meter dari Simpang Enam, tampak satu masjid yang bersiap menyambut waktu Maghrib. tempat ibadah umat Islam, yaitu Masjid Jami Ansharullah. Letaknya persis di pinggir jalan yang akan dilalui rombongan pawai.
Lantunan azan berkumandang dari pengeras suara masjid, ketika para peserta pawai duduk menunggu di badan jalan. Panitia festival memahami kegiatannya akan mengganggu kekhusukan jamaah bila tetap dilanjutkan.
Sikap toleransi yang ditunjukkan oleh peserta pawai mendapat respon positif dari jamaah serta pengurus masjid.
"Bagi kami ini sikap yang bagus dan perlu dikembangkan, sebagai bentuk saling menghormati antar umat beragama," kata pengurus Masjid Idham (24).
Ia mengaku dengan berhentinya kegiatan itu, salat Maghrib berjamaah yang berlangsung di dalam masjid tidak terganggu sama sekali.
"Jika bisa sikap toleransi dan saling menghormati ini harus terus dikembangkan sehingga kita bisa hidup rukun dan damai sebagai sesama warga di Padang," katanya.
Ia mengatakan sejauh ini kerukunan di kawasan tersebut sudah berjalan baik selama ini, karena di kawasan setempat dihuni berbagai etnis. Selain "urang awak", ada etnis Tionghoa, India, Nias, dan lainnya.
"Kerukunan sudah berjalan dengan baik di sini, ke depannya harus terus diperkuat dengan sikap saling menghormati," kata pengurus masjid lainnya Eri Sulaeman (64).
Ia mengatakan pada perayaan Cap Go Meh pada 2018 hal yang sama juga dilakukan. Para peserta pawai menghentikan kegiatannya ketika masuk waktu salat.
"Ketika akan melanjutkan kegiatannya, tadi panitia juga bertanya kepada masjid, apakah sudah bisa dimulai kembali," kata Idham.
Salah seorang jemaah Masjid, Alex (38) juga memberikan tanggapan positif terhadap sikap toleran yang ditunjukkan.
"Dengan toleransi itu kita bisa hidup berdampingan, kami pun bisa menyaksikan festival dengan senang hati," katanya.
Memasuki pukul 19.00 WIB, rombongan festival Cap Go Meh yang sedari tadi menunggu di luar kembali menggeliat. Mereka tampak menunggu dengan sabar walau sampai satu jam.
Setelah itu, arak-arakan melanjutkan perjalanannya menuju tempat terakhir yaitu jalan Kelenteng, Padang Selatan.
Sikap saling menghargai yang ditunjukkan pada kegiatan Festival Cap GO Meh itu terbilang sederhana, namun demikian adalah bekal mewujudkan kerukunan dan kedamaian antar sesama.
Berjalan Meriah
Ribuan warga Padang, Sumatera Barat , antusias menyaksikan arak-arakan Festival Cap Go Meh 2019 yang dimulai di kawasan Jembatan Siti Nurbaya, daerah setempat.
"Ada banyak penampilan menarik yang bisa disaksikan di arak-arakan itu, salah satu yang menarik perhatian saya adalah barongsai dan sipasan," kata salah seorang warga Mulyadi (30).
Warga lainnya Heru Chandriko (27) berharap acara itu dijadikan seabagai kegiatan rutin tahunan.
Pawai dimulai dari Jembatan Siti Nurbaya, kemudian berjalan menuju jalan Nipah, terus ke jalan Hos Cokroaminoto, jalan Niaga, dan berakhir di Kelenteng.
Tokoh masyarakat Tionghoa di Padang yaitu Albert Indra Lukman, mengsatakan Festival Cap Go Meh 2019 lebih ramai dibandingkan tahun sebelumnya.
Berbagai atraksi yang ditampilkan yaitu barongsai, aksi sepasan berupa iringan berkepala naga dan berbadan papan berkursi dan ditengahnya diduduki oleh puluhan anak kecil.
Kemudian, tradisi membawa kio, dan sejumlah aksi tari naga, wushu, pentas singa peking, pawai kuda api, dan lainnya.
Ia mengatakan Festival Cap Go Meh ini tidak hanya diikuti keturunan Tionghoa di Padang, tapi juga keturunan Tionghoa dari berbagai daerah di luar Sumatera Barat.
"Perayaan Cap Go Meh ini diharapkan menjadi bagian agenda pariwisata rutin Pemerintah Provinsi Sumbar, sebab ada banyak manfaatnya untuk mendorong kemajuan di bidang pariwisata," katanya.
Ia menyebutkan Cap Go Meh yang dilaksanakan pada peringatan Imlek 2570 tersebut juga memperlihatkan nilai-nilai kebhinekaan di Kota Padang.
Hingga pukul 19.30 WIB arak-arakan masih berjalan menuju tempat terakhir yaitu di Kelenteng.
Sementara Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan acara yang digelar keturunan Tionghoa di Padang menarik perhatian yang besar dari masyarakat, dan memiliki potensi di bidang pariwisata.
"Acara ini bisa meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sumbar, jika bisa dijadikan kegiatan tahunan sehingga berdampak baik bagi pariwisata Sumbar," katanya.
Perkembangan pariwisata dinilai sebagai magnet dalam memajukan perekonomian daerah, sehingga kindahan alam budaya diprioritaskan untuk mendukung kemajuan pariwisata tersebut.
Baca juga: Catatan kecil "Jappa Jokka" Cap Go Meh
Baca juga: Alat musik Gu Zheng ramaikan Festival Pecinan di Glodok
Baca juga: 26 replika naga ikuti cap go meh di Pontianak
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019