Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, ternyata banyak menyimpan keindahan alam yang cukup menarik untuk dikunjungi wisatawan.

Salah satunya, keindahan alam yang kini dikelola UPT dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB, yakni kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Nuraksa.

Kawasan tahura yang sudah dikukuhkan sejak Tahun 2013 itu berada di Dusun Kumbi, daerah pedalaman dari Desa Pakuan, Kabupaten Lombok Barat, NTB.

Dengan konsep bentangan alam yang mempertahankan fungsi hutannya, destinasi wisata ini sangat cocok bagi wisatawan yang gemar dengan kegiatan "outdoor adventure".

"Untuk yang hobi hiking, berkemah, itu cocok di sini. Areal perkemahan dan rute untuk hiking juga sudah ada," kata seorang pemandu wisata yang berasal dari Desa Pakuan, Eka.

Kemudian bagaimana akses untuk menuju destinasi wisata yang satu ini, Eka mengatakannya tidak sulit untuk ditempuh dengan berkendara.

"Jalannya ke sini sudah lumayan bagus, akses untuk mobil sudah bisa," ujarnya.

Dengan berkendara sekitar setengah jam dari Kota Mataram, wisatawan sudah bisa bertemu dengan gerbang Tahura Nuraksa.

Jika mengenal kawasan wisata Hutan Sesaot, jalur ke Tahura Nuraksa dapat ditempuh dengan berkendara sekitar sepuluh menit ke arah Timur.

Melewati perkampungan warga pesisir hutan, akses jalan untuk kendaraan roda empat terbuka lebar hingga masuk ke halaman lapang yang ada di kawasan Tahura Nuraksa.

Ikon wisata

Dengan luas kawasan 3.155 hektare, ternyata di dalam Tahura Nuraksa ini tersembunyi sebuah destinasi wisata alam yang cukup menarik untuk dikunjungi wisatawan, yakni air terjun Segenter.

"Kalau dari gerbang masuk, jarak tempuh ke air terjun sekitar 2,6 kilometer," ujar pria yang pernah bertugas sebagai pengaman hutan (pamhut) tersebut.

Air terjun ini lah yang menurut Eka dan warga sekitar Tahura Nuraksa sebagai ikon wisatanya.

Karena itu, Eka bersama pemandu wisata lainnya kerap mengajak wisatawan yang datang berkunjung ke Tahura Nuraksa menikmati pesona air terjun Segenter.

"Tapi rata-rata yang tumben datang ke sini (Tahura Nuraksa), mereka langsung carinya air terjun," ucap Eka.

Untuk menuju ke air terjun, wisatawan bisa mengaksesnya dengan melewati jalur rabat setapak yang lebarnya mencapai dua meter. Bisa dengan berjalan kaki atau pun menggunakan kendaraan roda dua.

Bahkan sekitar 700 meter jalur setapak dari halaman lapang Tahura Nuraksa, kondisinya sudah beraspal.

"Jadi pakai sepeda motor bisa, itu sekitar 15 menit. Kalau jalan kaki, 30 menitan," katanya.

Kesan berpetualang di hutan tropis pun kian terasa ketika wisatawan melewati jalur rabat setapak menuju kawasan air terjun.

Bahkan disela pepohonan yang menjulang tinggi, terselip lahan garapan yang dikelola masyarakat seperti perkebunan pisang, cokelat, dan juga nangka.

Akhir dari perjalanan menempuh jalur rabat setapak, rasa lelah wisatawan akan terbayar setelah bertemu dengan tempat peristirahatan yang berada di pinggiran tebing terjal.

"Tempat peristirahatan ini kita namakan `selfie point`," kata Hariadi, yang juga seprofesi dengan Eka.

Dari "selfie point", wisatawan dapat dengan jelas menikmati keindahan alam dari karakteristik hutan tropis yang ada di kawasan Tahura Nuraksa.

Bahkan pandangan mata wisatawan akan semakin dimanjakan setelah menyaksikan diantara deretan hijau pepohonan raksasa yang menjulang tinggi itu terselip kesegaran deburan air terjun Segenter.

Untuk menikmati deburannya, wisatawan harus sedikit menantang adrenalinnya dengan menuruni tebing terjal dengan 154 anak tangga yang tapak terakhirnya akan langsung disuguhkan dengan areal air terjun Segenter.

Fasilitas rusak

Namun setibanya di areal air terjun Segenter yang sekelilingnya dipenuhi dengan tebing terjal, rasa penasaran itu dikagetkan dengan adanya bekas timbunan longsor yang menghantam fasilitas penunjang bagi wisatawan yang berkunjung.

Batuan besar dengan tanah cokelat yang menggumpal masih terlihat berserakan di tengah areal wisata air terjun yang alirannya berhilir di Sungai Jangkuk, Kota Mataram.

Begitu juga dengan kondisi tebing terjal yang mengalami longsor, terlihat cokelat segar dengan beberapa batuan besar yang masih menempel di dindingnya.

Fasilitas penunjang seperti sarana MCK dan gazebo yang berada di tengah areal air terjun itu telah tertimbun longsor tanah dan bebatuan.

"Dua toilet, satu kamar ganti dan satu gazebo itu hancur, tidak ada bangunan yang tersisa, semuanya tertimbun," ujar Hariadi.

Pemuda yang juga merupakan warga dari pesisir Tahura Nuraksa itu memperkirakan tanah longsor terjadi akibat hujan deras pada akhir Januari 2019.

"Sepertinya longsoran ini pada malam hari, pas hujan besar berturut-turut di akhir Januari kemarin, waktu itu air sungai lagi besar," katanya.

Namun beruntung, hujan deras yang terjadi pada akhir Januari 2019 lalu nampaknya tidak merusak tatanan dari air terjun yang menjulang dari ketinggian 20 meter tersebut.

"Tapi kami khawatir saja kalau ini tidak segera diperhatikan pemerintah, karena bisa bahaya bagi wisatawan, beberapa hari kemarin saja masih ada wisatawan yang datang," ucapnya.

Baca juga: Tradisi "Bau Nyale" dan upaya membangkitkan pariwisata Lombok
Baca juga: Pariwisata NTB dan kenaikan harga tiket pesawat
Baca juga: Kemenpar publikasikan pariwisata terkini Lombok untuk yakinkan wisman

Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019