Jakarta (ANTARA News) - Dokter spesialis bedah saraf menjelaskan tidak ada cara lain untuk mencegah memburuknya kondisi tulang belakang bengkok atau skoliosis kecuali hanya dengan penggunaan korset khusus untuk penyakit tersebut.

Dokter spesialis bedah saraf dari Brain and Spine Bunda Neuro Center Dr dr Wawan Mulyawan SpBS(K), SpKP di Jakarta, Selasa, mengatakan penggunaan korset disarankan pada penderita skoliosis dengan sudut yang sudah di atas 40 derajat.

"Pada orang-orang yang punya sudut skoliosis lebih dari 20 derajat harus datang ke dokter saraf, bedah saraf, atau rehabilitasi medik. Disarankan untuk pasang korset jika sudutnya sudah mencapai 40-an," kata Wawan.

Jika pembengkokan tulang sudah lebih dari 50 derajat, sehingga jelas sekali terlihat pembengkokan dan mempengaruhi estetika, harus dilakukan tindakan operasi untuk koreksi sudut.

Pada umumnya, Wawan mengatakan, setiap manusia memang mengalami tulang belakang yang bengkok, namun hanya sudut kecil berkisar 10 sampai 15 derajat. Kondisi seperti ini lebih sering dialami oleh perempuan ketimbang laki-laki.

Dokter sangat tidak menyarankan pasien skoliosis untuk membeli korset khusus tulang punggung secara daring. Wawan mengatakan korset yang paling disarankan adalah yang dibuat khusus sesuai dengan tubuh pasien.

"Korset skoliosis disarankan custom sesuai ukuran pasien. Kalau pasien jadi gemuk, yang bagus ya diganti. Intinya adalah kalau korset yang dijual secara online saya tidak anjurkan karena tidak memberi jaminan untuk tidak menambah sudut," terang dia.

Sebanyak 80 persen dari kasus skoliosis adalah Adolescent Idiopharic Scoliosis (AIS), sementara 20 persen sisanya bisa disebabkan saat periode perkembangan janin, keturunan atau genetik, panjang kaki yang berbeda, cedera, infeksi atau tumor.

Sebanyak 80 persen kasus skoliosis, kata Wawan, ialah idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya. ***3***

Baca juga: Mengenal skoliosis dan cara menanganinya

Baca juga: Derita skoliosis, tapi dia tetap aktif menari

Baca juga: Perempuan lebih rentan terkena skoliosis

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019