Jakarta (ANTARA News) - Ketergantungan Indonesia terhadap produk impor, khususnya untuk komoditas pangan bagi pemenuhan kebutuhan dalam negeri, saat ini dinilai sudah pada taraf yang sangat memprihatinkan. Ketua Pemuda Tani, organisasi pemuda di bawah Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Supriyatno, di Jakarta, Selasa, mengatakan pangan untuk rakyat sudah tergantung dari impor, bahkan seluruh komoditas pertanian benihnya bergantung dari impor. "Kemampuan negara kita di bidang pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya telah menurun drastis," katanya. Dia mengungkapkan, impor komoditas jagung Indonesia setiap tahun lebih dari dua juta ton, sementara untuk industri pakan bahkan rata-rata mendatangkan jagung untuk bahan baku pabrik sekitar tiga juta ton per tahun. Begitu juga beras diperkirakan pada 2007 akan didatangkan dari luar sebanyak dua juta ton, kedelai sekitar 1,2 juta ton per tahun, sedangkan gandum bahkan mencapai lima juta ton pe tahun. Supriyatno mengatakan kacang tanah maupun kacang hijau juga harus didatangkan dari luar masing-masing sebesar 800 ribu ton dan 300 ribu ton per tahun, bahkan gaplek atau singkong yang telah dikeringkan juga diimpor mencapai 900 ribu ton per tahun. Untuk produk peternakan, tambahnya, pada 2007 Indonesia akan mengimpor sapi lebih dari 600 ribu ekor, sementara susu juga didatangkan dari luar sebanyak 964 ribu ton atau 70 persen dari total konsumsi nasional, bahkan impor garam mencapai dua juta ton. Pada kesempatan itu, Supriyatno juga menyoroti minimnya cadangan beras nasional yang hanya 0,35 juta ton, sementara negara tetangga yang jumlah penduduknya lebih sedikit justru memiliki cadangan beras lebih tinggi, seperti Jepang sebanyak 1 juta ton, Korea 1,1 juta ton, Filipina 0,75 ton, Thailand 2 juta ton bahkan India dan China masing-masing 7 juta ton dan 34 juta ton. "Indonesia dengan penduduk 220 juta jiwa seharusnya memiliki cadangan beras sebanyak empat hingga lima juta ton," katanya. Menurut dia, Indonesia sebagai negara agraris dan bahari yang kaya sumber daya alam serta iklim tropis yang mendukung kegiatan pertanian maupun perikanan, memiliki potensi yang sangat besar untuk mampu mencukupi kebutuhan pangan rakyatnya tanpa bergantung pada impor. "Kuncinya adalah menjadikan pertanian sebagai lokomotif pembangunan nasional," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007