Industri manufaktur konsisten memberikan kontribusi paling besar terhadap nilai ekspor nasional
Jakarta (ANTARA News) - Industri makanan dan minuman menjadi sektor juara (champion) karena menjadi salah satu sektor manufaktur andalan dalam memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
"Potensi industri makanan dan minuman di Indonesia bisa menjadi champion, karena supply dan user-nya banyak. Untuk itu, salah satu kunci daya saingnya di sektor ini adalah food innovation and security," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto lewat keterangannya di Jakarta, Selasa.
Capaian kinerjanya selama ini tercatat konsisten terus positif, mulai dari perannya terhadap peningkatan produktivitas, investasi, ekspor hingga penyerapan tenaga kerja.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, sepanjang tahun 2018 industri makanan dan minuman mampu tumbuh sebesar 7,91 persen atau melampaui pertumbuhan ekonomi nasional di angka 5,17 persen.
Bahkan, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan IV-2018 naik sebesar 3,90 persen (y-on-y) terhadap triwulan IV-2017, salah satunya disebabkan oleh meningkatnya produksi industri minuman yang mencapai 23,44 persen.
Selanjutnya, industri makanan menjadi salah satu sektor yang menopang peningkatkan nilai investasi nasional, yang pada tahun 2018 menyumbang hingga Rp56,60 triliun.
Realisasi total nilai investasi di sektor industri manufaktur sepanjang tahun lalu mencapai Rp222,3 triliun.
"Pada tahun 2018, tenaga kerja di sektor industri manufaktur mencapai 18,25 juta orang atau naik 17,4 persen dibanding tahun 2015. Industri makanan menjadi kontributor terbesar hingga 26,67 persen," tuturnya.
Menperin menambahkan produk makanan dan minuman Indonesia telah dikenal memiliki daya saing di kancah global melalui keragaman jenisnya. Ini ditandai dengan capaian nilai ekspornya sebesar 29,91 miliar dolar AS pada 2018.
"Industri manufaktur konsisten memberikan kontribusi paling besar terhadap nilai ekspor nasional," ujarnya.
Pada 2017 tercatat ekspor produk manufaktur nasional di angka 125,1 miliar dolar AS, melonjak hingga 130 miliar dolar AS di tahun 2018 atau naik sebesar 3,98 persen. "Jadi, tahun lalu kontribusinya tertinggi mencapai 72,25 persen," kata Menperin.
Menperin optimistis industri makanan dan minuman nasional mampu melakukan terobosan inovasi produk, guna memenuhi selera konsumen dalam dan luar negeri.
Terlebih lagi adanya implementasi industri 4.0. Dengan pemanfaatan teknologi terkini, menurut dia, dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan kompetitif.
Baca juga: GAPMMI harap pemerintah bentuk tim negosiasi khusus hambatan tarif
Baca juga: Harga minyak naik, investor kian optimis kesepakatan produksi OPEC
Baca juga: Tarik investor, Archandra gratiskan akses data migas
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019