Kami melihat kenaikan harga saat ini sebagai berlebihan dan melihat potensi koreksi meningkat
London (ANTARA News) - Harga minyak dunia naik untuk hari kelima pada perdagangan Senin (Selasa dini hari WIB), berada di jalur untuk kuartal pertama terkuat dalam delapan tahun terakhir, berkat keyakinan yang tumbuh di kalangan investor bahwa pengurangan pasokan OPEC akan mencegah penumpukan bahan bakar yang tidak digunakan, meskipun kekhawatiran terhadap ekonomi China menahan kenaikan.
Minyak mentah berjangka Brent terakhir naik 16 sen AS menjadi diperdagangkan di 66,41 dolar AS per barel pada pukul 18.50 GMT (01.50 WIB), setelah menyentuh tertinggi 2019 di 66,83 dolar AS pada hari sebelumnya, sementara minyak berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) naik 47 sen AS menjadi 56,04 dolar AS per barel.
Minyak telah naik hampir 25 persen sepanjang tahun ini dan berada di jalur untuk kinerja kuartal pertama terkuat sejak 2011, sebagian besar berkat komitmen oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya untuk memangkas produksi.
"Angka-angka kami ... memberi tahu kami bahwa kami sedang melihat keseimbangan minyak mentah H1 (paruh pertama) terketat dalam beberapa tahun dan, dengan demikian, tingkat dukungan harga tertentu memang masuk akal untuk saat ini," kata Konsultan JBC Energy dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.
Penyuling-penyuling di seluruh dunia juga harus membayar lebih untuk mengamankan pasokan-pasokan minyak mentah medium, atau heavy (berat), sour (minyak mentah dengan kadar belerang tinggi) yang diproduksi oleh Iran dan Venezuela, yang keduanya berada di bawah sanksi-sanksi AS.
Pasar-pasar keuangan yang lebih luas sedikit menurun setelah data menunjukkan penurunan penjualan mobil China pada Januari menimbulkan kekhawatiran tentang ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Beberapa pelemahan ini menular di pasar minyak, tetapi para analis mengatakan tren keseluruhan harga minyak mentah tetap meyakinkan untuk saat ini.
"Ada banyak 'jika' dan 'tetapi' yang dapat memiliki dampak mendalam pada harga minyak, bukan saja Donald Trump, Brexit, perundingan dagang yang tidak terduga dan kemungkinan yang akan terjadi di Libya dan atau produksi Venezuela," kata Analis Associate PVM Oil Tamas Varga.
"Namun, data terbaru yang tersedia menunjukkan arah pengetatan pasar. Tidak disarankan untuk berenang melawan arus dan saat ini sungai 'minyak' sedang mengalir ke utara."
Beberapa analis mengatakan berlanjutnya peningkatan dalam produksi minyak AS dapat bertindak sebagai hambatan pada reli saat ini.
Perusahaan-perusahaan energi AS minggu lalu meningkatkan jumlah rig minyak yang mencari pasokan baru sebanyak tiga menjadi 857 rig, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes dalam sebuah laporan Jumat lalu (15/2).
"Kami melihat kenaikan harga saat ini sebagai berlebihan dan melihat potensi koreksi meningkat," kata Commerzbank dalam sebuah catatan. "Fakta bahwa produksi minyak di AS saat ini meningkat secara signifikan lebih tajam dari yang diperkirakan sebelumnya sepenuhnya diabaikan saat ini."
Baca juga: Bursa Prancis menguat 15,35 poin, saham Renault jatuh
Baca juga: Bursa Spanyol menguat, Indeks IBEX 35 ditutup naik 32,20 poin
Baca juga: Bursa Jerman turun tipis 0,60 poin, saham Lufthansa merosot
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019