Banjarmasin (ANTARA News) - Tim sepak bola Barito Putera yang bermarkas di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan menjadi klub yang cukup diperhitungkan di kompetisi kasta tertinggi di negeri ini, yakni Liga 1.

Klub yang didirikan pada 21 April 1988 tersebut, kini menjadi rebutan para pemain nasional, khususnya para bintang muda yang ingin terus eksis berkiprah di liga tertinggi nasional dan timnas.

Barito Putera mulai berkompetisi di Liga 1 atau dahulu bernama Liga Super Indonesia sejak 2013, usai menjadi juara pada Divisi Utama Liga Indonesia, sekarang setara Liga 2 dengan mengalahkan Persita Tanggerang, pada laga final dengan skor akhir 2-1 di Stadion Manahan Solo.

Tim yang didirikan pengusaha tambang, Abdussalam Sulaiman HB (almarhum) itu, cukup disegani dalam setiap kompetisi. Apalagi, kini ditangani mantan pelatih timnas Indonesia Jacksen Ferreira Tiago.

Pelatih berkebangsaan Brazil yang mulai menangani Barito Putera sejak 2017 tersebut, banyak merekrut pemain andal, khususnya yang sedang mulai bersinar di timnas junior.

Di antara sederet bintang muda tim nasional yang diambilnya tahun ini, mantan kapten timnas U-19 yang berhasil membawa Indonesia menjuarai Kejuaraan Remaja U-19 AFF 2013, Evan Dimas Darmono.

Pemain kelahiran Surabaya 13 Maret 1995 itu, bergabung dengan Barito Putera pada kompetisi 2019, sebelumnya pemain yang diberi gelar anak ajaib ini merumput di klub Malaysia, Selangor FC.

Sebelum Evan Dimas, dua temannya saat di timnas U-19 sudah lebih dahulu bergabung di Barito Putera, yakni Paulo Sitanggang dan Hansamu Yama. Namun, hanya Paulo Sitanggang yang bertahan, sedangkan Hansamu Yama pindah ke Persebaya Surabaya pada kompetisi 2019.

Selain nama-nama beken itu, klub yang dijuluki Laskar Antasari tersebut, juga mendatangkan pemain sangat muda berbakat, yakni kapten timnas U-16 David Maulana.

David Maulana resmi bergabung ke Barito Putera per 25 Desember 2018 dengan durasi tiga tahun. Dia sebelumnya pemain PSMS Medan.

Sebelum mendatangkan David Maulana, Barito Putera lebih dahulu mengikat kontrak dua pemain bintang timnas U-16, yakni kakak dan adik atau si kembar Amiruddin Bagus Kahfi dan Amiruddin Bagas Kaffa (Bagas dan Bagus).

Kedua pemain kelahiran Magelang, Jawa Tengah pada 16 Januari 2002 itu, menjadi bintang timnas Indonesia saat menjadi juara Piala AFF U-16 2018 di Stadion Delta Sidoarjo, Jawa Timur.

Barito Putera yang baru saja memperkenalkan skuatnya 2019 dalam acara shalawat akbar dipimpin Habib Syech Abdul Qadir Assegaf itu, juga memiliki pemain muda lain.

Dari 30 pemain yang diperkenalkan, ada pula pemain muda asal Papua, Yakob Sayuri (21). Ia mantan pemain Persemi Mimika sebagai striker.

Selain itu, gelandang muda asal Papua, Prisca Womsiwor yang sebelumnya merumput bersama Persipura Jayapura, Gusti Setiawan, mantan pemain Pemalang, Jawa Tengah, Yuswanto, mantan timnas U-19, dan Kahar, pemain asal PSM Makassar.

Barito Putera pada musim ini melakukan perombakan skuat besar-besaran, sebab ada 17 pemain lama dilepas, termasuk sejumlah pemain muda untuk mencari pengalaman di klub lain.

Salah satunya, bek timnas Hansamu Yama yang sudah beberapa tahun bersama Barito Putera pindah ke Persebaya Surabaya.

Diperkuat skuat junior

Tim sepak bola Barito Putera memiliki skuat junior U-16, U-18, dan U-19, serta Sekolah Olahraga Barito Putera (SOBP) dari usia 12 tahun ke bawah.

Bahkan, untuk memperkuat Barito Putera junior ini, manajemen merekrut para bintang tim nasional U-16, misalnya Amiruddin Bagus Kahfi dan Amiruddin Bagas Kaffa (Bagas dan Bagus), serta kapten timnas U-16 David Maulana.

Untuk membuat tim solid di Barito Putera junior, pelatihnya pun berbeda-beda. Untuk Barito Putera U-19 dibina pelatih Andri Ramawi. Ia mantan punggawa Barito Putera.

Untuk Barito Putera U-18 dan U-16 serta SOBP usia 12 tahun ke bawah diasuh Ilham Rahmadona. Ilham Rahmadona, mantan pemain Barito Putera era 2000-an.

Prestasi Tim Barito Putera U-19 pada tahun lalu dapat menembus babak semifinal kompetisi Liga 1 U-19 2018. Hal ini pun menjadi sejarah baru, karena untuk pertama kalinya pula Tim Barito Putera U-19 bisa menembus babak semifinal.

Sementara itu, untuk Barito Putera U-16 juga dapat berprestasi di kompetisi Liga 1 Elite Pro Academy U-16 2018, hingga melaju ke semifinal.

Manejer Barito Putera Hasnuryadi Sulaiman HB yang merupakan anak pendiri klub tersebut, yakni Abdussamad Sulaiman HB, menyatakan klubnya konsentrasi pembinaan bagi pesepakbola muda.

Dengan langkah itu, akan banyak bibit berbakat yang bisa mengangkat prestasi klub dan persepakbolaan nasional.

"Ini sebagai bentuk bakti kita kepada negara untuk mencetak pesepakbola nasional, juga daerah ini," paparnya.

Oleh karena itu, kata dia, Barito Putera mendirikan SOBP untuk usia dini, di mana pembinaannya berjenjang hingga mereka memiliki kesempatan berlaga di tingkat profisional.

"Ratusan anak-anak masuk sekolah olahraga klub kita, banyak yang berbakat, kita ingin menyalurkan bakat mereka agar bisa meraih mimpi menjadi pesepakbola dunia," ujarnya.

Bangkit dari keterpurukan

Tim sepak bola Barito Putera dibentuk olah tokoh Provinsi Kalimantan Selatan Abdussamad Sulaiman HB yang memiliki perusahaan Hasnur Group.

Perusahaan itu bergerak di bidang tambang, perkebunan, transportasi perkapalan, pelabuhan khusus batubara, "dokking", properti, dan multimedia.

Leman, panggilan akrabnya lahir 21 April 1948 dan wafat pada 14 Juni 2015 membangun klub ini saat mempertaruhkan nyawa di RS Pondok Indah Jakarta karena dihadapkan pada operasi besar, yakni pada 21 April 1988, saat perayaan ultah ke-40 tahun.

Barito Putera langsung mengikuti liga profesional. Saat itu Galatama. Meski belum terlalu menunjukkan taringnya, tim telah menjadi sorotan, sebagai tim anyar yang mampu berbicara banyak.

Puncaknya pada masa lalu itu, saat Barito Putera pada kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia 1994/1995, masuk semifinal, kalah secara dramatis untuk ke final ketika melawan Persib Bandung dengan skor 0-1.

Kekalahan Barito Putera menyulut emosi para suporter Laskar Antasari, julukan suporter Barito Putera, karena merasa dicurangi wasit, hingga terngiang masih kata-kata media nasional dahulu, "kemenangan Barito Putera yang dirampok".

Dalam perjalanan kompetisi nasional yang diikuti Barito Putera, sempat mengalami keterpurukan hingga tersungkur ke kasta liga bawah, yakni Divisi I Liga Indonesia pada 2003 dan berlanjut terdegradasi ke Divisi II Liga Indonesia pada 2004.

Namun pada 2011, Barito Putera bangkit, di bawah pelatih Salahuddin yang merupakan mantan pemain Barito Putera. Ia berhasil membawa klub itu menjadi raja Divisi Utama 2011/2012.

Tren Barito Putera menanjak di kompetisi liga nasional berlanjut pada 2012/2013 dengan berhasil memenangi untuk mengikuti liga Super Indonesia, sekarang ini menjadi Liga 1, liga tertinggi sepak bola Indonesia.

Saat ini, Barito Putera ditangani pelatih Jacksen Ferreira Tiago asal Brazil dan manajer Hasnuryadi Sulaiman HB.

Tim yang kini menjadi "pelabuhan" bagi bintang muda sepak bola itu, diharapkan mampu bangkit dan mencapai tampuk kuasa persepakbolaan tertinggi lagi di Tanah Air.*


Baca juga: Barito Putera perkenalkan skuat saat menggelar sholat akbar

Baca juga: Barito Putera sudah kontrak 29 pemain

Pewarta: Sukarli
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019