oleh Teuku Dedi Iskandar*)
Adalah Desa Sikundo, sebuah desa yang terletak di kaki bukit barisan. Persisnya di pedalaman Kecamatan Pante Ceureumen atau sekitar 80 kilometer arah timur Kota Meulaboh, Ibukota Kabupaten Aceh Barat.
Kawasan seluas 12.000 hektare yang berada di kawasan Gunung Batee Sineuk itu kini semakin terkenal dan menjadi perhatian penuh dari pemerintah pusat, termasuk Presiden Republik Indonesia Ir Joko Widodo karena viral dengan jembatan seutas tali yang dilintasi oleh warga dan beberapa murid SD dan dimuat oleh sejumlah media nasional di Indonesia.
Jarak yang harus ditempuh ke kawasan Sikundo dari ibukota kecamatan setempat sebetulnya relatif dekat yakni sekitar 14-15 kilometer saja.
Namun, beratnya medan yang harus ditempuh untuk bisa menuju ke kawasan tersebut tidaklah mudah. Dibutuhkan nyali yang besar untuk bisa mendaki bukit bertebing yang curam dan dipenuhi batu cadas.
Belum lagi badan jalan yang penuh dengan lubang dan bebatuan dengan sisi kanan tebing gunung dan sisi kiri aliran sungai, membuat pengendara harus berhati-hati.
Di sepanjang perjalanan juga terdapat kawasan hutan lebat dan jembatan darurat yang terbuat dari kayu. Untuk bisa melintasinya juga harus hati-hati karena di bawah jembatan kayu ini terdapat aliran sungai kecil yang jauh di bawah.
Jalan berlumpur dan berlubang menyebabkan sepeda motor masih sulit untuk menembus kawasan ini.
Usai menempuh perjalanan darat sekitar dua jam lamanya, akhirnya tiba juga di Sikundo.
Namun, jembatan yang terbuat dari seutas tali itu kini tidak ada lagi di lokasi semula. Yang ada, justru sebuah jembatan gantung yang sudah berdiri kokoh yang membentang diatas aliran sungai sepanjang sekitar 90-100 meter.
Jembatan ini terlihat baru saja tuntas dibangun. Bagian pagarnya juga terlihat baru dicat dengan warga kuning dan lantainya terbuat dari pelat besi.
Sedangkan jembatan seutas tali sudah dibongkar karena sudah ada akses jembatan gantung. Akan tetapi, di bawah jembatan diseberang sungai, terlihat dua buah kapal yang terbuat dari pelat besi dan selama ini diduga digunakan warga sebagai sarana untuk menyeberang sungai, sebelum jembatan tersebut dibangun.
Kondisi udara di kawasan ini juga sangat segar dan alami karena kawasan ini masih sangat asri dan belum terjamah polusi.
Kepala Desa Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat bernama Muhammad Jauhari. Usianya masih sangat muda yakni sekitar 32 tahun dan sangat ramah. Dia ditemani anggota polisi dari Babinkamtibmas
Tanpa banyak basa-basi, ia menemani menuju ke perkampungan warga setempat. Di sepanjang jalan, terdapat banyak kebun warga yang ditanami aneka palawija dan sayuran dan tumbuh dengan sangat subur. Kopi di kampung ini harum dan sangat nikmat.
Di sini ternyata masih ditemukan sebuah jembatan yang terbuat dari seutas tali dan sering digunakan warga untuk menyeberang sungai.
Jembatan Gantung
Rupanya, di desa ini terdapat dua dusun yakni Dusun Sara Sare dan Dusun Durian. Untuk bisa melintasinya, setiap hari warga di kawasan ini menggunakan jembatan tali sebagai sarana transportasi.
Dusun Durian merupakan pusat pemerintah desa dan dihuni 27 kepala keluarga, sedangkan di seberang sungai yakni di Dusun Sara-Sare, terdapat 12 kepala keluarga dan di kawasan ini juga terdapat kebun milik masyarakat setempat.
Kepala Desa Sikundo, Kecamatan Pante Ceureumen, Muhammad Jauhari mengatakan sejak kawasan ini ditempati selama puluhan tahun, baru beberapa tahun belakangan ini mereka bisa menikmati sentuhan pembangunan dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
Meski terbatas, namun mereka sangat mensyukurinya.
Salah satunya dengan adanya kucuran alokasi dana desa dari pemerintah pusat dan alokasi dana gampong (ADG) yang bersumber dari dana APBK dan APBA sejak beberapa tahun lalu. Dengan dana inilah, mereka akhirnya bisa membangun jalan desa sehingga bisa membebaskan masyarakat dari keterisoliran.
Sebelumnya, untuk bisa keluar dari desa, mereka harus melintasi sedikuitnya tujuh jembatan tali untuk menuju ke pusat ibukota kecamatan yang berjarak sekitar 15 kilometer, agar bisa menjual hasil kebun dan berbelanja kebutuhan sehari-hari maupun berkunjung ke ibukota kabupaten.
Dengan tuntasnya pembangunan jembatan gantung yang dibangun pada tahun 2018 lalu menggunakan dana APBA dan tuntas pada Februari 2019 ini, masyarakat di Desa Sikundo sangat mensyukurinya. Karena warga tidak lagi harus menggunakan jembatan yang terbuat dari seutas tali.
"Kami bersama masyarakat sangat berterimakasih kepada pemerintah yang telah membuat satu jembatan gantung, namun kami memohon ada beberapa pembangunan lainnya yang harus dibangun oleh pemerintah," harapnya.
Di desa ini juga terdapat satu masjid tua yang diperkirakan sudah berusia puluhan tahun lamanya.
Dikatakannya, Sikundo juga memiliki potensi untuk kemajuan ekonomi di sektor pertanian dan perikanan di Kabupaten Aceh Barat apabila dikembangkan dengan baik oleh pemerintah.
Selain tanah yang subur, Sikundo merupakan penghasil minyak nilam terbesar di Aceh Barat dan terdapat banyak ikan Jurung atau Ikan Kerling yang sangat digemari oleh masyarakat di wilayah ini.
Pendidikan
Dari segi pendidikan, sebetulnya di kawasan ini terdapat sebuah lembaga pendidikan yaitu Sekolah Dasar Negeri Sikundo yang dibangun oleh pemerintah daerah pada tahun 2010 lalu dan mulai difungsikan kegiatan belajar mengajarnya pada tahun 2012.
Namun kegiatan pendidikan anak didik di kawasan ini hanya berlangsung selama satu tahun saja. Pasalnya, pada tahun 2013 lalu karena akses transportasi ke wilayah itu harus menggunakan jembatan seutas tali sehingga sangat membahayakan keselamatan para siswa.
Jumlah siswa yang belajar juga tidak banyak, hanya sekitar 15 orang saja.
Setelah sekolah ini dihentikan aktivitas belajar-mengajar pada tahun 2013 lalu, kata Muhammad Jauhari, masyarakat Sikundo terpaksa menempatkan anak-anak mereka di Desa Ketambang dan Pante Ceureumen agar bisa mendapatkan pendidikan yang layak dan terbaik.
Karena tak pernah lagi difungsikan, kini gedung sekolah tersebut terbengkalai dan tak terurus. Di beberapa bagian gedung juga terdapat semak belukar dan bagian bangunan yang sudah mulai keropos akibat termakan usia.
"Kami berharap pemerintah juga membangun satu unit lagi jembatan gantung ke Dusun Sara-Sare, disini terdapat banyak perkebunan warga dan terdapat warga yang menetap sekitar 12 kepala keluarga," ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Nurdin Kamal (32), seorang tokoh masyarakat Sikundo. Minimnya prasarana dan sarana yang ada di kawasan itu menyebabkan masyarakat juga terbatas dalam mengakses fasilitas kesehatan.
Apabila ada warga yang sakit dan membutuhkan pengobatan secara medis, masyarakat harus menuju ke Pante Ceureumen, ibukota kecamatan.
Selama ini mereka mengaku jarang dikunjungi oleh petugas kesehatan untuk melayani atau memeriksakan kesehatan warga.
"Kalau pun tenaga kesehatannya datang, satu bulan sekali saja. Itu pun kalau ada, jika tidak kami yang harus ke puskesmas di Pante Ceureumen," keluh Nurdin Kamal.
Mereka berharap pemerintah menempatkan petugas kesehatan di Sikundo, agar ketika ada warga yang sakit bisa segera mendapatkan pertolongan atau mendapatkan pengobatan.
"Kalau tak bisa menempati desa kami, satu minggu sekali juga boleh datang ke desa, Kami butuh juga pelayanan kesehatan," tegasnya.
Guna memudahkan masyarakat berobat, warga setempat juga sudah membangun satu unit Polindes yang bersumber dari dana desa pada tahun 2018.
Sikundo juga belum bisa menikmati listrik. PLN Aceh Barat menargetkan kawasan ini terdapat aliran listrik pada Juni 2019. Mereka berharap hal ini bisa terwujud.
Malam hari, sumber penerangan hanya megandalkan lampu teplok dengan satu sumbu saja. Bahan bakarnya bersumber dari minyak tanah yang dibeli di pusat kecamatan.
Mereka juga berharap akses jalan ke kawasan ini yang mulai dipenuhi longsor agar dapat segera diberbaiki. Apabila tak segera ditangani, maka dikhawatirkan akses jalan masyarakat ke ibukota kecamatan akan putus total.
"Kami haus sentuhan pembangunan dari pemerintah, sebab sejak Indonesia merdeka, masyarakat di Sikundo belum menikmati indahnya kemerdekaan," ungkapnya.*
*Kontributor Aceh.Antaranews.com
Baca juga: Bagian Jalan Meulaboh-Geumpang di Aceh longsor
Baca juga: Jalan Meulaboh-Tangse terputus akibat banjir
Pewarta: -
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019