"Kakao milik petani di sini yang terserang hama sudah terlalu sulit untuk diselamatkan karena serangan hama penyakit vascular streak dieback (VSD)," kata Aco, petani di Kecamatan Tapalang di Mamuju, Minggu.
Ia mengatakan serangan penyakit kakao yang dikenal masyarakat dengan VSD tersebut membuat kakao petani busuk dan tidak bisa di panen.
"Ratusan hektare kakao sudah diserang hama sejak tiga tahun terakhir, hama tersebut selalu membuat petani gagal panen," katanya.
Ia mengaku produksi tanaman kakaonya merosot, hanya sekitar 50 kilogram per hektare sehingga tidak lagi menguntungkan.
Oleh karena itu, ia meminta pemerintah segera mengambil langkah cepat dalam rangka melakukan pencegahan meluasnya penyakit itu dan memulihkan tanaman yang sudah terserang.
Jika tidak ada langkah cepat, katanya, kakao milik petani akan sangat sulit untuk diselamatkan.
Ia mengatakan gagal panen yang dialami petani selama ini, membuat sejumlah petani kakao beralih menjadi petani padi. Mereka beralih menggarap sawah agar berproduksi dengan baik dan menambah pendapatan serta kesejahteraan mereka.
"Karena kakao sudah tidak bisa diandalkan lagi untuk kesejahteraan," katanya.
Namun, petani kakao yang tidak punya sawah hanya pasrah, sedangkan sebagian di antara mereka juga ada yang berencana mengganti tanaman kakao dengan tanaman jangka pendek yang lebih cepat panen, seperti jahe dan sayur-sayuran.
Menanggapi itu, Anggota DPRD Sulbar Sukri mengaku memahami apa yang dialami petani. Dewan setempat tahun ini telah melakukan penganggaran untuk memprogramkan sambung pucuk kakao.
"Sambung pucuk diprogramkan tahun ini dan DPRD bersama pemerintah di Sulbar bersepakat menganggarkan program itu, program itu akan dilaksanakan dengan model demplot, ini adalah keseriusan kami sebagai wakil rakyat untuk terus meningkatkan pertanian pada komoditi kakao," katanya.
Baca juga: Cerita di balik rendahnya produksi kakao Sulsel
Baca juga: Menperin optimistis produk kakao kompetitif di pasar ekspor
Baca juga: Perkebunan kakao rakyat perlu perhatian khusus pemerintah
Pewarta: M.Faisal Hanapi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019