Menurut dia, meski sepak bola merupakan olahraga yang paling digemari di Indonesia namun bukan berarti pemerintah tidak memberi perhatian pada cabor bulu tangkis.
"Memang ini jadi kritik atau masukan untuk pemerintah, karena kalau bicara prestasi, bulu tangkis selalu memberikan prestasi terbaik untuk bangsa di tingkat dunia," tutur Budiharjo saat ditemui di Bandung, Minggu.
Ia pun berharap pemerintah bisa memberikan perhatian khusus bagi bulu tangkis terutama dari segi fasilitas infrastruktur.
Ia menceritakan, pelaksanaan Djarum Superliga Badminton 2019 yang digelar di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Bandung juga patut menjadi perhatian pemerintah pusat.
"Kami mencari tempat di Bandung sulit sekali, beberapa lokasi kurang layak atau berada cukup jauh dari pusat kota Bandung. Di Sabuga juga harus kami 'sulap' agar bisa jadi lapangan bulu tangkis," tutur Budiharjo.
Kejuaraan yang menawarkan total hadiah sebesar Rp4,2 miliar ini baru pertama kali diadakan di Sabuga, dengan harapan mampu mendongkrak geliat olahraga ini di kota tersebut.
"Bandung ini kan kota besar, kontribusinya bagi bulu tangkis juga besar baik dari jumlah atlet dan penggemar. Sudah lama Bandung tidak menjadi tuan rumah kejuaraan bulu tangkis," tutur Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto.
Terkait dengan kurangnya fasilitas bulu tangkis di Kota Bandung, klub Mutiara Cardinal yang menjadi tim tuan rumah pun ikut menanggapi.
Manajer Tim Mutiara Cardinal Umar Djaidi menuturkan, perkembangan bulu tangkis di Jawa Barat dan khususnya Kota Bandung masih kurang bagus karena kurangnya perhatian dari pemerintah.
"Di Bandung belum ada tempat latihan yang memadai, bahkan untuk menggelar kejuaraan saja sangat sulit. Padahal banyak atlet nasional berasal dari Jawa Barat, tapi untuk pelatihannya jadi sulit karena tidak ada tempat," kata Umar.
Baca juga: Djarum pertama kali sulap Sabuga jadi arena bulu tangkis
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019