Soal Tol Trans Jawa menurut Paslon 2 mungkin dilihat sepi dan dibandung oleh utang, juga isu tram Papua siapa yang mau lewat
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Transportasi Institut Studi Transportasi (Intrans) Darmaningtyas menilai Tol Trans Jawa adalah isu infrastruktur utama yang akan diperbebatkan kedua calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.
Darmaningtyas kepada Antara di Jakarta, Minggu menjelaskan isu Tol Trans Jawa di satu sisi merupakan hal yang diklaim sebagai keberhasilan pemerintah, di sisi lain adanya dampak lain dari pembangunan tersebut, yaitu sepi dan disebut-sebut mematikan usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) di sepanjang Jalur Pantura.
"Soal Tol Trans Jawa menurut Paslon 02 mungkin dilihat sepi dan dibangun oleh utang, juga isu trans Papua siapa yang mau lewat," katanya.
Namun, menurut dia, dampak dari pembangunan infrastruktur tidak cepat dan bertahap.
"Soal sepi itu, soal waktu saja, nanti akan ramai yang penting pemerintah punya alternatif dulu untuk menyelesaikannya, nanti tahap berikutnya mengoptimalkan tol itu supaya berfungsi secara optimal," katanya.
Darmaningtyas menyarankan agar pemanfaatan Tol Trans Jawa untuk angkutan logistik dengan menetapkan tarif yang terjangkau.
Terkait imbas UMKM yang sepi di sepanjang Jalur Pantura, dia mengatakan agar dioptimalkan untuk para pelaku usaha dalam menjual barang yang lebih menarik.
Selain itu, di menambahkan, Jalur Pantura dijadikan sebagai jalur alternatif agar adanya keseimbangan jumlah arus angkutan logistik yang melintas melalui tol dan jalan raya Pantura.
Namun, Darmaningtyas menilai bahwa pembangunan Tol Trans Jawa tidak bisa diklaim karena kinerja satu kepemimpinan, tetapi sudah dibangun sejak 1996 pada pemerintah Presiden Soeharto.
"Tol Trans Jawa 'kan dirancangnya zaman Pak Harto, dimulai Pak SBY tapi yang mampu menyelesaikan secara cepat Pak Jokowi, yang membedakannya Pak SBY itu selama dua periode 200 kilometer jalan tol baru, Pak Jokowi setahun bisa 200 kilometer," katanya.
Berdasarkan data Kementerian Peekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, ruas jalan tol yang beroperasi mulai 2015, yakni 355,93 kilometer, di antaranya ruas Gempol-Pandaan, Cikampek-Palimanan, Pejagan-Pemalang Seksi I dan II, Gempol Pasuruan, Akses Tanjung Priok, Palembang-Simpang Indralaya Seksi I, Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi I, II, III, IV, V dan VI.
Kemudian, Medan-Binjau Seksi II dan III, Bekasi-Cawang-Kampung Melayu Seksi IB dan IC, Soreang-Pasir Koja, Bakauheni-Terbanggi Besar, Ngawi-Kertosono Seksi I II dan II dan Seolo-Ngawi Segmen Kertasura dan Sragen.
Baca juga: Kemahalan, Anggota DPR minta tarif jalan tol Rp1.000 per km dievaluasi
Baca juga: Pemerintah khawatir Tol Trans Jawa nantinya semacet Cikampek
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019