London (ANTARA News) – Ikatan Cedekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Organisasi Wilayah (Orwil) Eropa dalam rangkaian Safari Ramadhan bersama Indonesian Islamic Centre, Sabtu mengelar dialog yang bertemakan "Islam, Personal Mastery dan Perubahan menuju Ideal State of Social Order," di Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) di Hamburg, Jerman.Dialog yang dihadiri Konjen RI dan sekitar 100 warga Indonesia yang berada di Hamburg digelar dalam bentuk kursus singkat (short training) tentang “Lifelong Learning” yang disampaikan Hayyan ul Haq, dari The Lifelong Learner Group, demikian Zulheri, SH, MH. Ketua Dewan Pakar ICMI, Eropa dalam keterangannya kepada ANTARA News London.Dikatakannya, pelatihan ini merupakan salah satu program ICMI Eropa yang digelar untuk ke lima kalinya. Sebelumnya perlatihan Learning Organisation and System Thinking (LOST) diadakan di Islamitisch Cultureel Centrum Nederlands (ICCN), Pengurus Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM), Belanda, di Denhaag, dan Indonesia Stichting (ISR) di Rotterdam. Acara yang dimulai sejak siang hingga buka puasa itu dilanjutkan dengan dialog tentang "pengelolaan konflik" yang disampaikan Ketua Dewan Pakar ICMI, Eropa Zulheri, SH, MH dan mengenai "Islam, Perubahan dan Integrasi di Eropa" dibahas Ketua ICMI Eropa Dr. Sjofyan S. Siregar Beberapa pokok pikiran yang disampaikan Dr Sjofyan antara lain pentingnya melahirkan orang-orang yang Islam yang moderat (wasatha) dalam membadankan semangat dan nilai-nilai Illahiah.Dalam konteks ini, Sofyan Siregar menegaskan kebaikan dalam Islam itu sesungguhnya berada diantara dua kejelekan/keburukan. Artinya pemahaman dan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam itu tidak boleh berlebihan (ifrat).Pada kesempatan itu Dr. Siregar juga menggagaskan perlunya melembagakan dialog tidak saja diantara umat Islam tetapi juga antar umat beragama. Sehubungan dengan itu, ICMI Orwil Eropa telah berinisiatif mengelar dialog dengan berbagai elemen muslim se-Belanda, ujarnya. Dikatakannya pengurus ICMI Eropa melakukan dialog dengan Duta Besar Kerajaan Arab Saudi di Denhaag dan beberapa Duta Besar dari beberapa negara muslim yang ada di Belanda, antara lain Duta Besar Kerajaan Marocco, Arab Saudi, Qatar, dan beberapa ilmuan, peneliti dan Islamolog di Leiden dan Vrej Universiteit Amsterdam."ICMI Eropa terus berupaya memfasilitasi dalog antar umat guna membantu proses integrasi muslim di Eropa," ujarnya.Ia juga menilai, kegagalan dalam memahami ajaran Islam menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi hubungan antar umat di Eropa, termasuk pelecehan dan penghinaan umat non-muslim terhadap ajaran-ajaran Islam, hingga keluar ide dari Gertz Wilders (anggota parlemen Belanda yang mengusulkan pelarangan Al-Qur-an di Belanda, karena ia menyamakan Alqur-an dengan buku "Mein Kamf" karya Hitler, ujarnya.Dikatakannya, hal semacam ini tidak saja merusak hubungan antar umat Islam dengan umat non-Muslim di Belanda tetapi juga di seluruh dunia. Hal ini diakibatkan banyaknya orang yang menjadi sumber Wilders keliru menyampaikan inside message yang tertera dalam ajaran-ajaran Al-Qur an dan Hadist.Kekeliruan itu lebih banyak bersumber pada kegagalan epistemik dalam memahami Al-Quran. Misalnya, banyak ayat-ayat yang seharusnya hanya berlaku pada konteks sebelum Nabi, tapi digunakan untuk mengapresiasi bahkan menggenaralisir masalah-masalah yang timbul di era kekinian.Untuk mengatasi kesalahpahaman itu diperlukan médium pembelajaran bersama yaitu dialog yang melibatkan semua umat agama guna membangun saling pengertian antar umat beragama, demikian Dr Sofyan Siregar. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007