Keenam orangutan yang kami lepasliarkan itu semuanya merupakan orangutan hasil rehabilitasi, termasuk sepasang induk dan anak orangutan bernama Maily dan Osin
Pontianak, (ANTARA News) - IAR Indonesia bersama BKSDA Kalimantan Barat kembali melepasliarkan enam orangutan di kawasan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) di Kabupaten Sintang.
"Keenam orangutan yang kami lepasliarkan itu semuanya merupakan orangutan hasil rehabilitasi, termasuk sepasang induk dan anak orangutan bernama Maily dan Osin. Untuk pertama kalinya, induk anak orangutan hasil rehabilitasi dilepaskan di kawasan ini, bersama keempat orangutan bernama Lady, Obi, Muria dan Zoya," kata Direktur Program IAR Indonesia, Karmele L Sanchez di Ketapang, Minggu.
Dipilihnya Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya tempat pelepasliaran orangutan karena hutannya yang masih alami dan bagus.
Survei dari tim IAR Indonesia juga menunjukkan jumlah pohon pakan orangutan yang berlimpah, selain itu statusnya sebagai kawasan taman nasional akan lebih mampu menjaga orangutan ini dan habitatnya sebagai kawasan konservasi.
Dari kajian yang pernah dilakukan juga oleh tim ahli dari YIARI, di lokasi TNBBBR Resort Mentatai yang menjadi lokasi pelepasliaran orangutan, tidak ditemukan keberadaan orangutan dan dinyatakan orangutan wilayah ini telah punah dalam 20-30 tahun terakhir.
"Oleh karena itu upaya untuk pelepasan orangutan sangat penting sekali. Sampai saat ini IAR Indonesia telah melepasakan 36 orangutan sejak tahun 2016," katanya.
Ia menambahkan, IAR Indonesia menerjunkan tim monitoring untuk melakukan pemantauan perilaku dan proses adaptasi orangutan ini di lingkungan barunya.
Tim monitoring yang terdiri atas warga desa penyangga kawasan TNBBBR ini akan mencatat perilaku orangutan setiap dua menit dari orangutan bangun sampai tidur lagi setiap harinya. Proses pemantauan ini berlangsung selama 1-2 tahun untuk memastikan orangutan yang dilepaskan bisa bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Ia menambahkan, proses rehabilitasi merupakan proses panjang yang memakan waktu, tenaga dan upaya yang tidak sedikit. Salah satu tantangan terbesar dalam proses rehabilitasi adalah tidak adanya buku panduan yang pasti bagaimana merehabilitasi orangutan dan mengembalikan perilaku serta kemampuan alaminya untuk hidup bertahan di hutan.
"Dalam pelepasan kali ini kami melakukan satu terobosan untuk melepasliarkan bayi orangutan dengan induk asuhnya. Zoya dan Muria saling belajar bagaimana bertahan hidup di alam. Zoya yang tidak pernah dipelihara oleh manusia menunjukan perilaku alami yang bisa dipelajari Muria, dan Muria yang protektif selalu melindungi Zoya dari berbagai ancaman yang ada di alam. Melihat kemajuan keduanya yang pesat, kami tidak ragu untuk menjadikannya sebagai kandidat pelepasliaran," katanya.
Sementara itu, Plt Kepala Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Hernowo menyatakan, kegiatan pelepasliaran enam orangutan hasil rehabilitasi ini, merupakan salah satu program kerja sama TNBBBR dengan YIARI yang telah disepakati dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2019 dan termasuk dalam tahap pertama pelepasliaran orangutan tahun 2019.
Rencananya akan ada tiga tahapan pelepasliaran orangutan selama tahun 2019. Orangutan hasil rehabilitasi ini setelah dilepasliarkan akan dimonitoring, di mana kegiatan monitoring akan dilakukan mulai dari orangutan bangun tidur sampai tidur lagi di sarang, katanya.
"Indikator pencapaian dari dilakukannya kegiatan pelepasliaran dan monitoring orangutan pasca pelepasliaran ini adalah orangutan yang dilepasliarkan di TNBBBR dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan baik di habitatnya serta meningkatnya jumlah populasi dan terjaminnya keberlangsungan hidup orangutan di alam," ujarnya.
Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor mengatakan, upaya konservasi satwa liar dari waktu ke waktu menghadapi tantangan yang semakin besar, namun, kerja konservasi tidak boleh berhenti.
"Pelepasliaran orangutan kali ini merupakan salah satu pertarungan yang harus terus dilakukan dan harus dimenangkan. Terima kasih dan apresiasi untuk para mitra, khususnya IAR Indonesia, yang telah memberikan kontribusinya dalam mendukung tugas-tugas BKSDA Kalbar dalam mengemban amanah di bidang konservasi tanaman dan satwa liar di Kalbar," katanya.
Baca juga: Populasi Orangutan di Kalbar Berkurang Separuh
Baca juga: 90 persen orangutan berada di luar hutan lindung
Pewarta: Andilala
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019