Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum DPP PPP, Suryadharma Ali, menyatakan keraguannya terhadap hasil survei yang menyatakan bahwa masyarakat masih lebih mempercayai partai sekuler daripada partai Islami. "Terus terang saya agak meragukan hasil survei demikian. Mengapa? karena partai Islam kok tidak diminati oleh masyarakat, padahal Indonesia adalah mayoritas Muslim," kata Suryadharma di Jakarta, Senin. Lalu juga yang menjadi pertanyaan ada apa dengan partai-partai yang tidak berazaskan Islam itu, apakah mereka (partai sekuler) telah memiliki prestasi sehingga masyarakat tetap kuat dengan partai tersebut. Suryadharma juga bertanya-tanya apakah partai-partai yang non Islam itu ketika mereka berkuasa telah membawa bangsa dan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang makmur dan sejahtera. "Ini semua merupakan bagian dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam diri saya, kok ada kira-kira survei seperti itu," ujarnya, seraya menambahkan bahwa survei semacam itu sudah dilakukan beberapa tahun lalu dan hasilnya selalu saja sama. Ketua umum partai berlambang Ka'bah itu berharap mudah-mudahan tidak ada maksud dari survei yang dilakukan itu untuk mendiskreditkan partai-partai Islam. "Mudah-mudahan tidak seperti itu," ujarnya. Namun demikian, Suryadharma yang juga Menkop dan UKM itu mengatakan bahwa selaku pimpinan partai Islam dirinya mengajak kader PPP membaca survei itu sebagai cambuk untuk meningkatkan kinerja partai. "Jadi hasil itu jangan juga diabaikan," katanya. Saat ini, menurut Suryadharma, PPP masih konsentrasi mencapai target perolehan suara secara nasional sebesar 15 persen atau ditingkatkan hampir dua kali lipat dari perolehan PPP di pemilu 2004 yang hanya sebesar 8,15 persen. Sebelumnya dalam hasil survei yang dikeluarkan Lembaga Survei Indonesia (LSI) disebutkan bahwa 52 persen masyarakat akan memilih partai sekuler (Golkar, PDIP, Partai Demokrat) dibandingkan dengan delapan persen yang memilih partai Islami (PKS, PPP) dan tujuh persen memilih partai yang berbasis ormas Islam (PKB, PAN). "Melihat kecenderungan ini, kekuatan politik kepartaian umat Islam Indonesia menjadi semakin sekuler," kata Direktur LSI, Syaiful Mujani. Namun survei rutin LSI itu juga menunjukkan bahwa secara umum orientasi masyarakat terhadap nilai-nilai politik Islami sebesar 33 persen dianggap cukup signifikan. Sayangnya, kelompok-kelompok Islam dinilai kurang kuat melakukan kampanye dan sosialisasi sehingga orientasi nilai politik itu tidak dapat diterjemahkan kedalam bentuk gerakan dan kedalam kekuatan elektoral. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007