Peserta pelatihan adalah anak berkebutuhan khusus dengan melibatkan orang tua dan guru, dan merupakan program keterampilan dalam memasarkan dan menyukseskan produk hasil karya anak berkebutuhan khusus

Yogyakarta, (ANTARA News) - Tim mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memberikan pelatihan pemasaran berbasis dalam jaringan (daring) kepada anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa PGRI Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Peserta pelatihan adalah anak berkebutuhan khusus dengan melibatkan orang tua dan guru, dan merupakan program keterampilan dalam memasarkan dan menyukseskan produk hasil karya anak berkebutuhan khusus," kata koordinator tim, Wahyuni Amilya, di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, pada era digital saat ini masyarakat dihadapkan pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, di mana kegiatan yang biasa dilakukan secara konvensional beralih menggunakan media elektronik sehingga lebih memudahkan pengguna.

"Contohnya, kegiatan jual beli. Kegiatan yang dulu harus dilakukan dengan cara tatap muka sekarang bisa dilakukan secara e-commerce," katanya.

Ia mengatakan teknologi android menyediakan beberapa aplikasi jual beli daring dan media sosial yang memudahkan masyarakat dalam memasarkan produknya.

"Berdasarkan hasil pengamatan tim di SLB PGRI Minggir, terdapat beberapa siswa yang mampu mengoperasikan `handphone` android, bahkan mereka mempunyai akun media sosial sehingga tidak menutup kemungkinan mereka mampu memasarkan hasil produknya secara mudah dan mandiri," katanya.

Anggota tim, Linda Latiffa Tri Utami, mengatakan SLB PGRI Minggir bekerja sama dengan salah satu perusahaan kerajinan anyaman bambu menyalurkan hasil karya siswa dari kelas keterampilan sentra menganyam.

Sekolah juga menjual hasil kerajinan secara konvensional, yaitu dari mulut ke mulut atau dalam kegiatan pameran.

Berbagai hasil karya mereka yang biasanya dijual, antara lain anyaman bambu, batik jumputan dan batik tulis, serta sarung bantal.

"Dengan pelatihan itu diharapkan anak berkebutuhan khusus dapat lebih mandiri dalam memasarkan produknya," kata dia.

Anggota tim, Selvi Hernista, mengatakan tim melatih siswa tunarungu, tunadaksa, dan tunagrahita kategori ringan. Materi pelatihan disesuaikan dengan kondisi siswa.

Materi pelatihan, meliputi tips mengambil gambar menggunakan telepon pintar dan kamera digital, tips membuat kalimat iklan dan gaya tampilan yang menarik, termasuk edit foto dan membuat "broadcast", tips menjual produk melalui Instagram dan Facebook.

Selain itu, membuat akun dan pelatihan penggunaannya, tips mengemas batik jumputan dan batik tulis untuk dikirim ke konsumen, serta cara mengirim pesanan melalui Kantor Pos.

"Orang tua dan guru dapat membantu mentoring peserta didik SLB PGRI Minggir. Keterlibatan orang tua dan guru dalam proses evaluasi agar program itu dapat terus berkembang di kemudian hari," katanya.

Selain Wahyuni, Linda, dan Selvi, tim mahasiswa UNY itu juga beranggotakan Febri Arya Budi Wicaksono.

Baca juga: Mahasiswa UNY kembangkan sepeda listrik berbasis android

Baca juga: 150 anak berkebutuhan khusus ikuti "Festival Anak Istimewa"

Baca juga: 184 ribu anak berkebutuhan khusus belum nikmati pendidikan

Baca juga: Musik tingkatkan kecakapan anak berkebutuhan khusus

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019