Ternate (ANTARA News) - Calon Presiden (Capres) Joko Widodo dan Prabowo Sugianto pada Minggu malam (17/2) akan tampil dalam debat kedua yang dilaksanakan KPU RI dengan tema Pangan, Infrasrtuktur, Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Keputusan KPU untuk mengubah sejumlah format pada debat kedua, seperti tidak lagi memberikan kisi-kisi pertanyaan kepada capres, seperti pada debat pertama diharapkan akan membuat debat kedua itu lebih menarik.
Debat pertama capres dengan tema Korupsi, Hukum, HAM dan Terorisme banyak mendapat kritik dari publik karena pasangan capres/cawapres tampil seperti membaca jawaban yang sudah disiapkan karena mereka sudah punya kisi-kisinya.
Menarik atau tidaknya debat kedua nanti, menurut akademisi dari Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, King Faisal tergantung dari kemampuan Joko Widodo dan Prabowo Sugianto dalam memaparkan ide, gagasan dan program terkait temah jika mereka menang pada Pemilu 2019.
Pertanyaan dari masing-masing capres yang sifatnya saling menyerang dan menjatuhkan, terutama yang diarahkan pada pribadi tidak akan membuat debat kedua itu menarik, walaupun dalam debat hal seperti itu merupakan sesuatu yang lumrah.
Warna debat seperti itu bisa berpotensi memunculkan ketidakpuasaan pada publik, terutama yang hingga kini belum menentukan pilihan atau massa mengambang, yang pada gilirannya akan membuat mereka enggan untuk berpartisipasi pada Pemilu 2019.
Padahal massa mengambang itu sesuai hasil survei mencapai 15-20 persen, yang kalau mereka memilih pada Pemilu 2019 nanti akan menjadi penentu kemenangan kedua pasangan capres/cawapres.
King Faisal mengharapkan ada kejutan yang muncul pada debat kedua nanti, terutama kejutan mengenai ide, gagasan dan program yang terkait dengan masalah pangan, infrastruktur, energi, sumber daya alam dan lingkungan.
kejutan ide, gagasan dan program itu bisa merupakan penajaman atas yang selama ini sudah disampaikan masing-masing capres dalam berbagai kegiatan sosialisasi dan kampanye maupun merupakan sesuatu yang baru dan belum disampaikan ke publik.
Capres yang mampu menyampaikan kejutan seperti itu pada debat kedua nanti berpeluang mendapatkan bonus kenaikan elektabilitas, apalagi kalau dapat dipaparkan secara komunikatif dan meyakinkan.
Tema yang diangkat pada debat kedua capres itu semuanya bisa menjadi sumber inspirasi untuk memunculkan ide, gagasan dan program kejutan, baik bagi Capres Joko Widodo sebagai petahana maupun Capres Prabowo Sugianto sebagai penantang.
Peluang Sama
Kedua capres memiliki peluang sama untuk tampil sebagai yang terbaik pada debat kedua nanti, walaupun Joko widodo sebagai petahana lebih diuntungkan.
Keberhasilannya dalam membangun sektor pangan, infrastruktur, energi, sumber daya alam dan lingkungan dalam empat tahun terakhir akan dipaparkan sebagai penguat atas ide, gagasan dan program yang akan dipaparkan dalam debat.
Khusus untuk sektor infrastruktur kemungkinan besar akan lebih ditekankan pada keberhasil pembangunan jalan tol trans Jawa yang menghubungkan seluruh provinsi di Jawa serta jalan trans Papua.
King Faisal menilai Capres Prabowo Sugianto sebagai penantang, juga cukup diuntungkan karena tidak memiliki beban dan justru bisa memanfaatkan berbagai kekurangan dalam pelaksanaan pembangunan di bawah pemerintahan Joko Widodo untuk meyakinkan ide, gagasan dan program yang akan diutarakan.
Dalam sektor pangan misalnya tidak sejalannya antara program kedaulatan pangan dengan masih dilakukan impor pangan, yang tidak jarang mengakibatkan harga pangan di tingkat petani merosot akan menjadi sorotan dan dasar dalam menawarkan ide, gagasan dan program sektor pangan jika terpilih menjadi presiden RI.
Begitu pula dalam sektor energi seperti eksplolitasi potensi tambang di berbagai daerah di Indonesia oleh investor asing, yang kurang memberi kontribusi terhadap kepentingan terhadap masyarakat lokal serta dampaknya terhadap lingkungan kemungkinan akan menjadi pula sorotan utama Prabowo Sugianto.
Keberhasilan pembangunan akan disampaikan Joko Widodo maupun koreksi ketidakberhasilan pembangunan yang disampaikan Prabowo Sugianto hendaknya didukung dengan data yang akurat dan meyakinkan, agar publik tidak keliru dalam melakukan penilaian terhadap kedua calon pemimpin bangsa itu.
Bagi masyarakat Maluku Utara (Malut), seperti disampaikan salah seorang tokoh masyarakat setempat, Ahmad Hasan, yang terpenting dari debat capres/cawapres, bukan bagus atau tidaknya ide, gagasan dan program yang disampaikan, tetapi implementasinya setelah terpilih nanti.
Masyarakat sudah terbiasa mendengarkan ide, gagasan dan program dari pasangan capres/cawapres dalam setiap menjelang pilpres, tetapi yang dirasakan masyarakat sering tidak seperti yang disampaikan.
Contohnya, harga komoditas perkebunan, seperti cengkih, pala dan kopra yang merupakan sumber penghasilan utama sebagian besar petani di Malut, sampai saat ini selalu selalu rendah.
Keluhan masyarakat Malut atas rendahnya harga komoditas perkebunan tersebut, yang mungkin juga terjadi pada komoditas lain di berbagai daerah di Indonesia diharapkan ikut dielaborasi pada debat kedua nanti agar optimisme para petani tetap berkobar.*
Baca juga: Rizal Ramli: capres harus tawarkan menu berbeda
Baca juga: Panggung debat capres putaran kedua telah siap
Pewarta: La Ode Aminuddin
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019