Padang (ANTARA News) - Siang itu restoran Padang yang berada di dekat pintu keberangkatan Bandara Internasional Minangkabau di Padang Pariaman, Sumatera Barat, terlihat sepi.
Lalu lalang calon penumpang hingga mereka yang mengantar atau menjemput keluarga yang hendak bepergian juga tak seramai biasanya lagi.
Beragam lauk yang dipajang di balik kaca restoran pun terlihat lebih sedikit dibanding sebelumnya. Gulai ikan karang, ayam goreng, rendang, gulai ayam dan beragam menu lezat lainnya masih tersaji.
Sejak awal Januari 2019, Risa yang menjadi pengelola rumah makan tersebut mulai mengurangi jumlah makanan yang disediakan karena khawatir tidak habis.
Akibat kenaikan harga tiket pesawat ia merasakan betul dampaknya yakni kehilangan sekitar 30 persen pengunjung yang bersantap di restoran itu.
Buka dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB biasanya dalam sehari restoran tersebut mampu mengantongi omzet hingga Rp7 juta per hari.
Namun, kini untuk bisa mengantongi penjualan hingga Rp3 juta per hari saja Risa sudah bersyukur.
Yang ia khawatirkan hanya satu, jika kondisi sepi pengunjung ini terus berlanjut restorannya terancam tutup karena tak seimbang pemasukan dengan sewa tempat.
Tidak hanya rumah makan Padang, kedai Soto di Bandara Minangkabau juga terkena imbas sepinya pengunjung.
"Jika satu hari bisa mencapai 100 orang yang makan, sekarang 70 orang sudah banyak," kata pengelola Suci.
Beranjak ke lantai tiga area keberangkatan salah satu lounge yang ada di sana juga mengalami imbas.
Kendati lounge ini mayoritas pengunjungnya adalah calon penumpang pesawat udara yang berduit akibat sepinya penumpang juga terdampak.
Menurut Ana pengelola lounge biasanya dalam sehari mereka bisa melayani 50 pax namun sekarang turun jadi 30 pax.
Ruangan di dalam lounge pun tak sesejuk biasanya karena pendingin udara dimatikan dan baru dihidupkan jika ada pengunjung yang bersantap.
Demikian juga dengan gerai bakso yang ada di ruang tunggu keberangkatan yang terkena imbas dengan penurunan jumlah konsumen hingga 30 persen sehari.
Semua pengelola usaha tersebut berharap harga tiket kembali normal sehingga penumpang kembali ramai di bandara.
Beranjak ke area pintu kedatangan penumpang para penyedia jasa kendaraan yakni taksi juga terkena imbas sepinya penumpang.
Menurut penjaga konter taksi bandara Ujang sebelumnya dalam sehari ia bisa mendapatkan pesanan 200 taksi.
Namun, kini paling banyak hanya 100 pesanan saja sehingga mobil lebih banyak berada di pool.
Demikian juga bus pengangkut penumpang menuju stasiun kereta api di Bandara tak banyak penumpang yang hendak menggunakan kereta yang bisa diangkut.
Para porter kini pun lebih banyak santai karena minimnya penumpang yang akan dilayani.
Troli untuk mengangkut koper dan barang bawaan yang biasanya sulit didapat di area pintu keberangkatan kini terpakir rapi hingga ratusan unit.
Tidak hanya para pemilik usaha di bandara yang dirugikan, PT Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Internasional Minangkabau juga merasakan imbasnya.
"Penurunan ini berdampak ke pendapatan karena kontribusi pajak bandara (PSC) yang berkurang 40 persen, ini cukup signifikan," kata General Manager Bandara Minangkabau Dwi Ananda.
Rute Terpadat
Berdasarkan data yang dihimpun Kantor Otoritas Bandara Wilayah VI rute penerbangan Padang-Jakarta merupakan satu dari tujuh jalur penerbangan dengan kategori amat padat di Indonesia.
"Di Tanah Air ada tujuh rute amat padat yaitu nomor satu Jakarta-Surabaya, Jakarta-Denpasar, Jakarta-Makasar, Jakarta-Kualanamu, Jakarta-Yogyakarta, Jakarta-Semarang dan Jakarta-Padang," katanya.
Bandara Internasional Minangkabau saat ini setiap hari melayani 81 penerbangan domestik dan 6 rute internasional.
Dari 81 penerbangan tersebut sebanyak 69 penerbangan merupakan rute Padang-Jakarta.
Dalam kondisi normal jumlah penumpang yang tiba dan berangkat setiap hari mencapai 10 ribu orang dengan tingkat keterisian penumpang rata-rata 76 persen dengan jam operasional mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB.
Akan tetapi sejak diberlakukan tarif batas atas oleh maskapai, sebanyak 467 penerbangan dibatalkan akibat sepi penumpang pada 1 hingga 21 Januari 2019.
"Sejak diberlakukannya tarif resmi batas atas membuat pergerakan pesawat turun 20 persen dan pergerakan penumpang turun 25 sampai 35 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu," kata Executive General Manager PT Angkasa Pura II ?BIM Dwi Ananda Wicaksana.
Berdasarkan ketetapan Kementerian Perhubungan ternyata tarif tertinggi atau batas atas tiket pesawat udara untuk rute Jakarta-Padang kategori maskapai dengan pelayanan penuh adalah sebesar Rp2 juta.
Maskapai yang masuk dalam kategori pelayanan penuh adalah Garuda Indonesia dan Batik Air dengan tarif batas atas untuk rute Jakarta-Padang adalah Rp1,9 juta dengan jarak tempuh 937 kilometer.
Kemudian untuk maskapai dengan kategori no frill service atau berbiaya murah tarif batas atas untuk rute Padang-Jakarta sebesar Rp1,7 juta dan batas bawah Rp1,6 juta.
Yang masuk dalam kategori ini adalah Lion Air, Express Air, Wings Air dan Citilink.
Kemudian untuk rute Padang-Bandung tarif batas atas Rp1,6 juta, Padang-Batam Rp1 juta, Padang-Palembang Rp1,2 juta, Padang-Pekanbaru Rp640 ribu dan Padang-Kualanamu Rp1,2 juta.
Akan tetapi saat ini berdasarkan penelusuran di salah satu situs penyedia tiket yang diakses pada Sabtu (16/2) pukul 11.30 WIB harga tiket rute Padang-Jakarta untuk kelas ekonomi jadwal penerbangan 24 Februri 2019 mencapai Rp1.057.000 dan maskapai dengan layanan penuh Rp1,5 juta.
Sementara sebelumnya dalam kondisi normal harga tiket untuk maskapai berbiaya murah hanya sekitar Rp700 ribu dan maskapai layanan penuh sekitar Rp1 juta.
Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menilai kenaikan tiket pesawat dapat memicu anjloknya sektor pariwisata di daerah itu sehingga perlu kebijaksanaan dari pemangku kepentingan terkait untuk menurunkan kembali.
"Saya sudah ketemu Menteri Perhubungan dan pihak Garuda Indonesia menyampaikan serta berharap harga tiket pesawat serta avtur diturunkan sehingga harga tiket kembali normal," kata dia.
Semua pihak tentu berharap harga tiket pesawat kembali normal sehingga rantai ekonomi yang terkait bisa kembali bergairah.*
Baca juga: Menhub berharap maskapai lain ikut turunkan harga tiket
Baca juga: Indef: biaya avtur hanya 3,6 persen komponen harga tiket
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019