Banyak orang mengakui keindahan alam Indonesia. Pengakuan seperti itu sudah ada lama sekali.
Keindahan itu juga ada di pantai dan lautan. Banyak kawasan pantai dan lautan di Indonesia menjadi daerah tujuan wisata bagi pelancong dari dalam maupun luar negeri.
Sayangnya, keindahan pantai dan lautan kadang terganggu sampah, dari sampah plastik hingga limbah lainnya. Minat melancong ke pantai dan lautan pun terganggu.
Peringatan Hari Peduli Sampah di Pantai Cirebon, Jawa Barat, pada Jumat (15/2) diarahkan untuk menggugah kesadaran publik mengenai bahaya sampah dan limbah yang dibuang ke pantai atau ke lautan. Pembuangan sampah dan limbah secara sembarangan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah di wilayah pesisir pantai dan lautan.
Jangankan membuang sampah atau limbah langsung ke lautan, membuangnya di daratan saja pada akhirnya bermuara ke laut. Sampah dan limbah mengalir ke sungai dan akhirnya masuk laut.
Di laut, sampah dan limbah itu terseret ke berbagai arah sesuai arah angin dan gelombang. Juga tersapu gelombang dan arus hingga tak tentu sampai di mana.
Pada akhirnya, selain terapung-apung di lautan, sebagian sampah dan limbah itu terdampar di sepanjang pantai. Maka pantai dan pesisir pun menjadi kotor dan rusaklah pemandangan indah itu.
Kesadaran yang rendah dari masyarakat menyebabkan tumpukan sampah selalu menjadi pekerjaan yang semakin berat. Beragam imbauan, baik langsung maupun tidak langsung belum menyurutkan orang untuk menghentikan pembuangan sampah ke laut maupun ke sungai.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan sampah yang berada di tepi pantai itu sangat memperihatinkan. Bahkan per satu meter per seginya bisa mencapai 106 kilogram (kg).
Fenomena ini membutuhkan penanganan yang terus berkelanjutan. Yang pasti, ini menjadikan semua pihak seharusnya prihatin.
Dengan kondisi tersebut seharusnya semua bergerak karena tidak bisa ditangani secara sendiri. Untuk itu pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan, baik swasta maupun negeri dan masyarakat semua harus menjaga lingkungan.
Terutama dari masalah sampah laut yang saat ini sudah menjadi perhatian internasional. Indonesia juga menjadi perhatian tersendiri dari dunia internasional.
Karena itu, semua harus bersama-sama menjadikan sampah sebagai masalah yang serius. semua harus bekerja sama dalam rangka membersihkan sampah-sampah, khususnya di masing-masing lingkungan.
Khusus sampah di laut, terbanyak itu datang dari daratan, yaitu melalui sungai-sungai yang mengarah ke muara. Namun, setelah dilakukan penelitian oleh ITB tahun 2018 sampah itu juga datang dari perairan internasional, yakni dari Asia Timur, masuk ke Indonesia.
Sampah Plastik
Dari komposisi dan volume yang ada, kebanyakan sampah dan limbah itu berupa plastik. Namanya plastik, dipendam di tanahpun dalam jangka waktu puluhan, bahkan ratusan tahun ada yang tidak bisa diurai.
Apalagi mengapung di perairan, sampah plastik hanya akan tersapu gelombang dan arus ke berbagai arah angin. Akhirnya ke daratan pantai juga berlabuhnya.
Karena itu, Siti Nurbaya Bakar mengajak semua lapisan masyarakat untuk menjaga kebersihan pantai laut dari sampah, baik plastik maupun lainnya.
Kebersihan pantai laut harus dijaga dan acara bersih-bersih pantai harus terus dilakukan selamanya di pantai Indonesia. Yang patut dipahami dan disadari adalah bahwa sampah menjadi masalah bersama.
Ketika masalah sampah tidak diperhatikan maka akan menimbulkan beragam masalah. Hal ini karena sampah di pantai bukan saja akibat orang membuang sampah sembarang saat berada di pantai, namun juga akibat pembuangan oleh warga di daratan.
Data menunjukkan bahwa sampah laut di Indonesia ini 80 persen merupakan sampah yang diproduksi di daratan. Sampah bisa sampai ke laut melalui sungai-sungai yang bermuara ke laut.
Yang paling membahayakan dan paling banyak dari komposisi sampah itu adalah sampah yang merupakan sisa pakai yang terbuat dari bahan plastik. Faktanya sampah plastik itu ringan, bahkan bisa melayang-layang, namun tidak bisa diurai.
Tipe sampah seperti inilah yang sangat merepotkan berbagai negara. Apalagi di Indonesia, kecenderungan orang menggunakan plastik diperkirakan terus meningkat.
Karena itulah, sejumlah daerah, termasuk DKI Jakarta, sedang merancang strategi untuk mengurangi penggunaan sampah di masyarakat. Hal itu karena sampah inilah yang sering menyumbat saluran air atau drainase sehingga menyebabkan genangan atau bahkan banjir saat musim hujan.
Insentif
Pada tingkat yang lebih tinggi, pemerintah pusat juga memberi perhatian serius atas fenomena sampah plastik di masyarakat. Kampanye yang dilakukan sama, yakni membangkitkan kesadaran masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Kementerian Keuangan akan memberikan insentif bagi pemerintah daerah yang sudah membatasi penggunaan kantong plastik dan menggantikannya dengan yang lebih ramah lingkungan.
Insentifnya, yaitu dana sebanyak Rp9 miliar dari Kementerian Keuangan. Tahun ini ada 11 daerah yang sudah melakukan pembatasan kantong plastik, kata Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati setelah menghadiri Gerakan Aksi Bersih-bersih Pantai atau Coastal Clean Up (CCU) di Pantai Kejawanan, Cirebon.
Adanya pembatasan penggunaan kantong plastik itu tentu sangat baik, terutama terhadap lingkungan sekitar. Karena memang sampah plastik itu susah hancurnya dan bertahan mencapai ratusan tahun.
Untuk itu bagi pemda yang sudah membuat pembatasan penggunaan kantong plastik harus mendapatkan apresiasi dengan diberikan dana insentif. Selain itu, KLHK juga segera menerbitkan peraturan menteri terkait pembatasan penggunaan kantong plastik.
Aturan ini ditargetkan sesegera mungkin bisa selesai penyusunannya. Penyusunannya melibatkan asosiasi, retail, produsen dan lainnya.
Untuk sampah plastik di Indonesia ini memang hanya 15 persen dari keseluruhan sampah yang ada. Namun, karena sifatnya yang sulit dihancurkan, maka akan terus semakin menggunung jika semua pihak tidak mau bekerja sama dalam rangka membersihkannya.
Dalam satu hari rata-rata satu orang menghasilkan sampah seberat 0,7 kilogram dan dari data tahun 2017 produksi sampah di Indonesia itu mencapai 65,8 juta ton.
Sedangkan untuk sampah plastik 15 persen dari 65,8 juta ton.
Karena menumpuk dan sulit diurai, maka jalan satu-satunya untuk mengatasi adalah membuang ke tempat sampah agar petugas kebersihan yang membuangnya lagi ke pembuangan sampah yang dikelola pemerintah daerah.
Rendahnya kesadaran warga masih terwujudkan dengan membuangnya di sembarang tempat, termasuk saluran air dan sungai. Akhirnya menyumbat dan menyebabkan genangan atau banjir.
Yang lolos ke muara sungai akhirnya masuk laut dan menyebabkan persoalan lagi. Butuh kesadaran bersama untuk mengatasi persoalan yang satu ini.*
Baca juga: Ada insentif bagi daerah yang batasi penggunaan kantong plastik
Baca juga: Menteri Lingkungan prihatin sampah tepi pantai sampai 106 kg/m2
Pewarta: Sri Muryono
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019