Jakarta (ANTARA News) - Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang disampaikan pada Minggu, di Jakarta, menunjukkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terpopuler atau paling banyak dipilih untuk menjadi presiden kembali adalah karena tidak ada alternatif calon lainnya dan bukan atas penilaian kinerjanya,
Berdasarkan survei yang dilakukan LSI pada 1.300 responden yaitu warga Indonesia dengan metode "multistage random sampling", menunjukkan sebanyak 35,5 persen dari mereka memilih kembali Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi presiden jika hanya ada tujuh alternatif pilihan.
Perolehan suara untuk Yudhoyono ini tertinggi dibandingkan dengan enam tokoh lainnya yang juga dipilih oleh responden yaitu, Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla, Wiranto, Amien Rais, Hidayat Nurwahid dan Sutiyoso.
Sementara Megawati mendapatkan 28,0 persen suara dari responden, Wiranto 7,0 persen, Amien Rais 6,5 persen, Hidayat Nurwahid 5,0 persen, Jusuf Kalla 4,0 persen, dan Sutiyoso 1,0 persen.
Sedangkan sebanyak 11,5 persen dari responden menyatakan belum tahu.
"Ketika responden diminta untuk memilih salah seorang dari tujuh nama yang layak menjadi presiden, maka terbanyak memilih Yudhoyono," kata Direktur Eksekutif LSI Saiful Mujani saat memaparkan hasil survei yang juga dihadiri oleh Wakil Sekjen Partai Golkar Rully Chaerul Azwar, Sekretaris Fraksi PDIP Gandjar Pranowo, dan Ketua DPP Partai Demokrat Pusat Bidang Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi (OKK) Jhony Allen Marbun.
Hasil ini, katanya menunjukkan bahwa Presiden Yudhoyono lebih populer atau lebih banyak dipilih untuk menjadi presiden kembali daripada yang lain. Namun, lanjut dia, kepopuleran ini tidak disebabkan oleh kinerja Presiden Yudhoyono yang baik melainkan karena tidak alternatif pilihan yang lebih baik.
Hal ini dibuktikan dengan hasil survei pada tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Yudhoyono. Sejak November 2004 hingga Oktober 2007, tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden cenderung menurun.
Pada November 2004, tingkat kepuasan mencapai 80 persen, Oktober 2005 yaitu 65 persen, Oktober 2006 sebanyak 59 persen, dan Oktober 2007 turun menjadi 54 persen.
Hasil ini diperoleh dari survei LSI secara berkala, kata Saiful Mujani. Penurunan kepuasan ini sejalan dengan penurunan sentimen elektoral pada Yudhoyono yaitu 47 persen pada Oktober 2006 menjadi 33 persen pada Oktober 2007.
"Dengan demikian dapat disimpulkan kalau Yudhoyono sekarang masih yang paling kuat dibandingkan dengan tokoh yang lain bukan karena kinerjanya yang bagus tetapi karena belum muncul alternatif yang dinilai kurang buruk dibandingkan dengan Yudhoyono," kata Syaiful.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007